INI merupakan tahun kedua
saya berada di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Banyak hal yang saya
dapatkan dari kehidupan rakyat di sini. Sambil menyelam minum air, mungkin
inilah yang saya lakukan: terus-menerus belajar di Negeri Tirai Bambu ini untuk
mengenali kehidupan dan keseharian rakyatnya.
Saat melangkah ke
sana-kemari tentu saja secara tak langsung saya telah diajarkan oleh alam dan
kehidupan sekitar tentang bagaimana cara melihat sesuatu dari sudut pandang
yang berbeda-beda, baik itu positif maupun negatif. Namun, hakikatnya kita
sebagai manusia yang telah dianugerahi akal, maka sisi kebaikan (positif)-lah
yang harus kita ikuti dan menjauhkan sisi negatif.
Kali ini saya ingin
menyampaikan sesuatu yang menarik tentang rakyat Tiongkok. Dengan berada di
sini hampir dua tahun, saya menjadi lebih mengerti mengapa Rasulullah saw
menganjurkan kita supaya mencari ilmu hingga ke Negeri Cina.
Dalam kesehariannya,
kehidupan rakyat Tiongkok ini terbilang cukup unik, baik itu secara sosial
maupun pribadi. Warga Tiongkok sangat berdisiplin, baik itu dalam hal yang
kecil maupun hal besar.
Jika kita lihat dari segi
ekonomi, Cina ini adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan tipe
pekerja keras. Dalam sehari, orang Cina mampu bekerja 12 jam. Bayangkan, kita
saja yang bekerja delapan jam sehari, sudah merasa berat.
Di samping sebagai pekerja
keras, orang Cina adalah pekerja cerdas. Sekarang, tak ada satu barang pun di
dunia ini yang tidak ditiru oleh Cina, lalu dia jual lebih murah. Boleh kita
katakana Cina adalah macan ekonomi di Asia kini.
Ekonomi Cina booming dan
berkembang sangat pesat. Kenapa? Karena bangsa Cina itu tidak suka hidup mewah,
di samping karena budaya, juga karena faktor politik komunisme yang mereka
anut. Cina itu dari komunis bergeser ke arah sosialis yang agak longgar, bahkan
sekarang menjadi kapitalis, namun bukan “dikapitalisi” oleh orang lain.
Hidup bangsa Cina tetap
sederhana, karena budaya mereka mengacu pada filsafat Konghucu, sekalipun
mereka komunis yang menganut ajaran tidak bertuhan (ateisme).
Saya melihat bangsa Cina ini
memang aneh. Mereka lebih mendahulukan bekerja daripada makan. Porsi yang
dimakan harus di bawah hasil kerja. Sebenarnya, porsi makan orang Cina itu
banyak, sama banyaknya dengan orang Arab, akan tetapi karena mereka berolahraga
terus, sehingga jarang ada yang gemuk.
Mereka juga sangat jarang
naik sepeda motor. Saya lihat di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, kalau orang mau
bepergian yang jaraknya kurang dari 1 km, maka mereka memilih jalan kaki. Tapi
kalau lebih dari 1 km, mereka memilih naik sepeda, dan kalau lebih dari 5 km,
mereka naik bus. Kalau sudah kaya sekali, barulah mereka membeli mobil. Tapi
itu pun jarang dipakai, karena mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah punya
mobil sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional: jalan kaki itu lebih hemat,
sehat, lebih selamat, dan antipolusi.
Amatan saya, orang Barat itu
hebat dalam hal penelitian dan inovasi. Mereka meneliti sampai bisa menemukan
listrik, kereta api, silinder, dan sebagainya. Tapi dalam urusan berdagang dan
mencari rezeki, jagonya adalah Cina. Sedangkan kalau makan tapi tidak kerja,
nah itu jagonya kita, orang Indonesia. Jadi, orang Indonesia itu maunya: kalau
kerja tidak berkeringat, tapi kalau makan harus berkeringat.
Berarti, kita mengalami
hambatan budaya untuk maju. Semua ini membuat saya berpikir, seandainya ibadah,
tauhid, dan akhlak kita digandengkan dengan etos kerjanya orang Cina, maka saya
kira itulah yang dimaksud oleh Rasulullah dalam hadisnya: Bekerjalah untuk
duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu
seakan-akan engkau akan mati esok pagi.
Tak bisa dipungkiri,
hubungan sosial antarwarga Cina yang saya lihat di sini sangatlah mengagumkan.
Kaum mudanya sangat menghargai yang tua, menyayangi anak kecil, dan ibu hamil.
Saat melihat ibu hamil di bus, pastilah anak mudanya mempersilakan si ibu untuk
duduk dan dia rela berdiri lama. Ini pemandangan yang umum terlihat di dalam
metro/subway maupun bus umum.
Semoga sisi positif gaya
hidup orang Cina ini bisa kita jadikan acuan untuk mendisiplinkan diri,
menghargai sesama, terutama anak dan wanita, termasuk dalam membangun negeri
penuh gairah. Sungguh tak ada kata terlambat untuk memulai suatu kebaikan dan
perubahan.
OLEH HELMI SUARDI, Mahasiswa
Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong
University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok
Pernah diposting di
http://aceh.tribunnews.com/2016/10/07/belajar-gaya-hidup-dari-rakyat-tiongkok
1 komentar:
Thanks for share, I am very satisfied to your blog. I have important topic which is shared with you. For more details visit How to get eBay gift card codes ?
EmoticonEmoticon