Menggapai Cita di Negri Panda

 

at Wuchang

Hampir empat tahun telah berlalu saya menikmati masa-masa study di Negri Panda yaitu Negri dengan populasi penduduknya nomor satu terbanyak di dunia yaitu China, tentu saja banyak ilmu dan pengalaman yang didapatkan baik itu dilingkungan kampus maupun diluar kampus.

Melakukan hijrah dari tanah air menuju negara lain untuk menuntut ilmu adalah salah satu jalan pembuka kesuksesan dalam diri atau kita sudah siap untuk menerima tantangan baru dan ilmu-ilmu baru dari orang-orang baru. Menuntut ilmu tidaklah mempunyai batasan, seperti pepatah arab mengatakan “tuntutlah ilmu walaupun kenegri China” ini bermakna kita tidak hanya terpaku pada suatu tempat ataupun daerah dalam menuntut ilmu, akan tetapi dianjurkan untuk bertebaran dimuka bumi untuk mencari ilmu Allah yang begitu luas walau di Negri komunis sekalipun.



Sekolah ke luar negeri memang menjadi mimpi banyak orang tidak terkecuali dengan saya, pengalaman bertemu dengan peradaban tingkat tinggi, merasakan langsung bagaimana kehidupan yang sesungguhnya di negara orang yang dahulunya mungkin kita hanya melihat di televisi, photo, internet dan lain sebaginya, ini merupakan daya tarik tersendiri. Dan semuanya sudah pasti kita dapatkan jika mimpi itu terwujud.

Nah, lalu bagaimana kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita untuk bisa study keluar negri ? apakah kita harus pandai atau ada orang dalam ? jawabannya adalah tidak, pandai bukanlah sebuah tolok ukur ataupun barometer untuk bisa kulah keluar negri, namun yang harus kita lakukan adalah “Keluarlah dari zona Nyamanmu” dan memperluas relasi pertemanan. Dengan kita keluar dari zona nyaman kita sudah menemukan hal-hal yang baru, baik itu teman maupun ilmu. Dan juga menjalin hubungan baik dengan teman, dikarenakan teman adalah sumber informasi. Jika informasi dengan mudah kita dapatkan maka itu juga akan memudahkan kita untuk bisa study keluar negri.

Alhamdulillah sepuluh tahun yang lalu atau tepatnya tahun 2009 saya terdaftar sebagai Alumni pesantren Tgk. Empee Awee dan sekarang menjadi salah satu mahasiswa magister di kampus ternama di China.Menjadi mahasiswa di kampus Top Ten in China adalah bukanlah perkara mudah, namun itu semua bisa di capai dengan semangat, usaha, ketekunan dan tidak lupa pula berdoa kepada Allah Azzawajalla agar diberikan kekuatan dalam perjuangan. Hidup di perantauan tentu saja penuh dengan lika liku kehidupan, jauh dari keluarga, harus mandiri, namun semua itu adalah proses pendewasaan diri yang tidak boleh dikeluh kesahkan.

Dalam kegiatan sehari-hari baik secara disadari atau tidak kita pasti mengalami sebuah kegiatan yang namanya belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi semakin baik dan juga belajar untuk memonitor diri kita sendiriMenjadi rajin belajar berarti harus serius dan memiliki komitmen dalam belajar. Orang yang rajin belajar juga tahu bagaimana cara untuk bersenang-senang, tetapi mereka menjadikan belajar sebagai prioritas utama.

Belajar yang rajin dan giat dimasa muda adalah mungkin salah satu kunci sukses china yang semakin berkembang negaranya dengan menghasilkan generasi-genarasi yang genius dan brillian. Namun, menjadi rajin belajar bukan berarti hanya belajar saja, tetapi juga melakukan hal-hal lain seperti olahraga di sore atau malam hari secara rutin agar tubuh selalu sehat dan fit dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya dikarenakan akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat pulaMenjadi rajin belajar bukan berarti mengenyampingkan seluruh minat dan kegitan yang lain. Namun demikian, perlu memprioritaskan belajar sebagai prioritas utama dalam hidup.

Semoga sisi positif dari mahasiswa/i China menjadi salah satu hal yang dapat membangkitkan gairah dan semangat kita dalam menempuh study baik itu ilmu duniawi  maupun ilmu ukhrawi. Harapan dengan semangatnya kita, Tuhan selalu memberikan kekuatan dalam diri agar mampu mewujudkan apa yang kita inginkan.  (Hubei, 2019-03-24)

OLEH HELMI SUARDI, alumnus Pesantren Tgk Chik. Eumpe Awee, kuliah pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, China

Artikel ini telah tayang pada website https://www.eumpeawee.ponpes.id/2019/03/menggapai-cita-di-negeri-panda.html

Rakyat Tiongkok Kecanduan Air Panas

Bagi kebanyakan orang Tiongkok, minum air panas adalah hal yang biasa. Tapi di mata orang lain, ini adalah kebiasaan yang sangat unik, karena mereka minum air matang yang menjadi kebiasaaan sehari-hari. Jadi mengapa orang Tiongkok suka minum air panas?

Sebagai orang asing kita tentu akan menemukan hal yang sangat menarik dari kehidupan-kehidupan negara yang dipijaki, yaitu kebiasaan orang Tiongkok minum air panas atau hangat. Orang yang berkehidupan di Negara julukan Tirai Bambu ini begitu menyukai air panas, bagaimana kebiasaan ini berkembang dibandingkan dengan negara lain yang minum air dingin? Kebiasaan minum air panas di Tiongkok sudah ada sejak lama, tetapi bukan pertama kalinya minum air panas, nenek moyang mereka meminum air panas dan air dingin (normal) juga.

Air panas atau hangat sudah menjadi hal yang lumrah dihidangkan bagi sebagaian besar orang di Asia, khususnya di Tiongkok. Tidak peduli cuacanya apa,baik cuaca dingin maupun panas orang Tiongkok minum air panas sepanjang waktu, air panas atau hangat telah menjadi bagian budaya bagi rakyat Tiongkok. Ada pepatah kuno seperti: "Minum sup di musim dingin dan minum air di musim panas", "sup" sup ini adalah air panas atau thang dalam pengucapan mandarin; "air di musim panas" bermakna air dingin biasa atau natural water.

Kebiasaan minum air panas di Tiongkok secara bertahap dibudidayakan, Setelah tahun 1949, pemerintah fokus pada promosi misi "minum air panas" dan "air minum" dan berulang kali menyerukan "berulang kali mendidik massa untuk minum air matang dan air yang didesinfeksi, tidak minum air mentah".

Dan kebiasaan orang-orang Tiongkok kemana-mana membawa cangkir termos kecil yang bisa diisi ulang air panas. Ini telah menyebabkan banyak diskusi tentang mengapa orang Cina meminum air panas. Saya kebetulan menonton acara bincang-bincang " Threesome", yaitu tentang fenomena termos dan mengapa orang Tiongkok suka meminum air panas. Jawaban untuk acara ini benar-benar mengejutkan saya:

Pada zaman kuno, orang Cina selalu suka minum air dingin, dan kadang-kadang mereka harus menambahkan es. Sejak Dinasti Song, orang-orang suka minum es teh. Konsep dingin (dingin) dalam pengobatan Cina mengacu pada kategori makanan (kacang hijau, durian, dll) dan bukan suhu. Dalam pengobatan Cina, konsep dingin mengacu pada tumpukan makanan (kacang hijau, durian, dll) daripada suhu iklim.

Pada akhir abad ke-19, orang asing mendirikan konsesi di kota-kota Cina, dan banyak orang asing meninggal karena demam tifoid. Demam tifus juga telah menginfeksi masyarakat Cina di sekitarnya, dan lingkungan hidup yang kotor telah membuat situasi ini lebih buruk. Pada 1934, kota-kota di Cina menyarankan masyarakat hanya minum air setelah mendidih. Pada tahun 1950-an, "minum air panas" telah menjadi slogan politik yang terlihat di poster. Pabrik dan lembaga mulai menyediakan air mendidih secara terpusat bagi para pekerja.

Pada tahun 1959, taman kanak-kanak diinstruksikan untuk meminta anak-anak memberi mereka tiga kali sehari untuk mengembangkan kebiasaan mereka meminum air panas. Jadi sungguh, orang-orang Tiongkok suka air panas hanya karena membunuh kuman. Karena itu, alasan sebenarnya mengapa orang Tiongkok suka meminum air panas adalah sterilisasi air panas. Air matang kumannya sudah terbunuh. Jadi ketika meminum tidak masalah apakah itu panas atau dingin.

Apakah minum air panas atau hangat benar-benar bermanfaat? Jawabannya tentu saja. Minum air panas atau hangat itu dapat menjaga kesehatan usus. Kita semua tahu bahwa ada banyak mikroorganisme bakteri di dalam air, dan air panas telah membunuh kuman dengan pemanasan dan perebusan, yang menjaga kesehatan lambung dan mengurangi timbulnya penyakit gastrointestinal.

Minum lebih banyak air hangat atau panas itu juga dapat menjadi pencegahan dan pengobatan pilek. Minum air panas tidak hanya membantu orang mencegah pilek, tetapi juga meningkatkan metabolisme karena meminum air panas, sampai batas tertentu, ia juga membantu pasien yang sakit sembuh secepatnya. Meminum air panas dan olahraga yang rutin ini tampaknya cenderung kurang sakit dan ini sudah menjadi kebiasaan rakyat Tiongkok dalam kehidupan sehari-hari.

Sepertinya, bagi orang Tiongkok, minum air panas bisa menyembuhkan segalanya. Namun, harus kita akui, minum air panas memang bisa membantu kita merasa lebih baik dalam beberapa kasus. Seperti ketika merasa sakit, sakit perut, sakit kepala, demam, dan lain sebagainya. Air panas di negara julukan Tirai Bambu ini sangat mudah kita dapatkan, baik itu di sekolah-sekolah, kampus-kampus, bandara, restoran, hotel, dan tempat-tempat umum lainnya. Jika kita pergi kesebuah acara formal, informal ataupun restoran di Tiongkok maka yang pertama disuguhkan ialah air panas ataupun teh hijau panas.

Para orangtua di Tiongkok bahkan membawa teko untuk menampung teh hijau panas tanpa gula ketika mereka melakukan perjalanan jauh. Hal itu dilakukan dengan alasan perut orang negara Tirai Bambu tidak cocok dan diklaim menolak mengkonsumsi air dingin dari keran.

Itulah saatnya, semua orang Tiongkok mulai meminum air panas dan menganggapnya sebagai kecanduan ataupun kebiasaan. Dan saat ini, kami masih minum air panas dan menganggapnya baik untuk kami. Kesimpulannya, selama mereka bisa mendapatkan air panas, mereka lebih memilih air panas daripada air dingin.

Sekarang, musim dingin sedang berlangsung, kita semua dapat merasakan itu benar-benar menyegarkan dan sedikit dingin setiap pagi dan malam, jadi, ini adalah musim untuk minum air panas lebih banyak, dan akan mendengar semakin banyak teman Cina memberi tahu: minum lebih banyak air panas agar tidak gampang sakit dan semuanya akan baik baik saja. Oleh karena itu, ketika teman sekelas mengatakan "untuk minum lebih banyak air panas", ini adalah "perawatan Cina" yang unik di dunia! Dibandingkan dengan orang orang-orang Indonesia, masyarakat Aceh Khususnya, jelas bahwa orang Cina meminum air panas sepanjang waktu.

Semoga sisi baik dari kehidupan rakyat Tiongkok bisa kita contoh untuk kebaikan kita, keluarga kita dan seluruh umat manusia dan ini bisa menjadi satu bentuk kepedulian kita terhadap diri kita dan orang yang kita sayangi. Seperti kata lebih baik mencegah daripada megobati, Penyakit akan cepat datang jika kita cari dan bisa tertahan jika kita antisipasi. 

OLEH HELMI SUARDI, mahasiswa Aceh Jaya, kuliah pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Rakyat Tiongkok Kecanduan Air Panas, https://aceh.tribunnews.com/2019/01/14/rakyat-tiongkok-kecanduan-air-panas.


Pembatasan Akses Internet di Tiongkok


Copyrigt Helmi Suardi

Di era globalisasi sekarang ini banyak sekali bermunculan berbagai jejaring sosial media. Sosial media sudah menjadi bagian hidup untuk umat manusia. Bukan hanya orang dewasa saja yang menggunakan sosial media, bahkan kalangan pelajar sekolah dan anak-anak yang belum cukup umurpun juga sudah akrab dengan jejaring sosial yang sekarang sedang berkembang pesat.

Jejaring sosial ini sebenarnya disediakan untuk memfasilitasi kita terhubung dengan satu sama lain, sebagai media dakwah, mengurangi isolasi social, demokratisasi informasi, ruang kreasi social, mempelajari hal-hal baru (sebagai New Media), sebagai media promosi dalam bisnis, dan lain sebagainya. Namun jika tidak terkontrol dengan baik jejaring sosial ini akan memberikan dampak negative seperti ikut menyebarkan berita yang tidak diketahui kebenarannya, bullying, kriminalitas, kesehatan mental, kesehatan fisik dan lain sebagainya.

Namun, akhir-akhir ini di Indonesia sedang hangat atau heboh diperbincang dengan pemblokiran dan pembatasan penggunaan media sosial oleh pemerintah Indonesia. Pembatasan penggunaan ini tentunya menjadi polemik di antara kalangan pengguna internet pada umumnya dan kalangan businessman khususnya.

Di Tiongkok sendiri pembatasan seperti Google, Youtube, Facebook, Whatsapps, Intagram, Twitter, Path, Gmail, Line, dan lain-lain yang berkaitan dengan google ini sudah berlangsung sejak lama. Pada 23 Maret 2010, pemerintah Tiongkok resmi mengumumkan penutupan layanan Google di daratan China.

Nah lalu setelah otoritas pemerintah Tiongkok mengblokir itu bagaimana mereka mengakses intetnet? Tentu saja mereka tidak fokus pada masalah mereka tentu sudah siap dengan itu semua, sebagai ganti Google mereka punya Baidu.com, mereka block Youtube tapi mereka punya Youku, mereka punya Wechat, QQ, Weibo, dan lain sebagainya. Apakah mereka tidak menggunakan layanan Google, Facebook, Instagram, Youtube dan lain sebagainya? jawabannya adalah sebagian dari mereka menggunakannya dengan menggunakan aplikasi tambahan yaitu Virtual Private Network atau yang di singkat dengan VPN secara illegal. 

Setiap pembatasan yang di terbitkan oleh pemerintah Tiongkok, tentu saja mereka tidak membual atau dengan kata lain pemerintah Tiongkok siap membuat alternative sebagai gantinya yang pastinya buatan anak bangsa dan produk dalam negeri. 

Di Tiongkok, untuk mengkritik dan menulis sesuatu unek-unek di jejaring sosial tidak sembarang seperti di Indonesia, karena pemerintah setempat akan mengontrol setiap postingan rakyatnya yang di nilai menyalahi aturan dan undang-undang pemerintah Tiongkok. Dan jika ada yang kedapatan pihak berwajib tidak segan-segan memberikan hukuman kepada orang yang di anggap melanggar. Seperti kasus yang terjerat pada seorang calon mahasiswa baru yang mengomentari kebijakan wajib militer pada jejaring social weibo, maka pihak kampus dengan tegas mengeluarkan mahasiswa tersebut.

Berdasarkan pengamatan saya, sebagai pengguna jejaring sosial, kita harus jeli melihat implikasi yang mungkin terjadi pada diri kita, baik positif ataupun negatif agar jejaring sosial selalu berada di bawah kontrol kita dan jangan sampai kita yang di kendalikan oleh dunia bayangan. 

Akhir-akhir ini semakin banyak pengguna jejaring sosial yang terjerumus kedalam kasus-kasus penyebaran hoaks atau berita yang tidak benar. Banyak dari pengguna jejaring social yang menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenaran informasi tersebut. 

Dampak positif dan negatif jejaring sosial menjadi konsekuensi yang secara sadar atau tidak selalu menemani ketika berselancar di sosmed. Di era yang sudah canggih ini, kini jejaring social meradikalkan cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagian besar waktu kita habis untuk terhubung dengan orang lain melalui sosmed.

Kita bisa mencegah dampak negatif dari jejaring sosial dengan membatasi diri dan berhati-hati. Jangan sampai media sosial menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan penyakit, dan merusak hubungan social. 

Jejaring sosial jika digunakan secara bijak akan menjadi ladang amal dan tempat memungut pundi pundi rupiah, namun sebaliknya jika di gunakan secara negatif akan menjadi petaka bagi diri sendiri dan orang banyak. Yang perlu di ingat ialah salah memberikan informasi adalah sebuah kebohongan, dan semakin kita berbohong semakin kita menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap kita.

Terlalu banyak kita investasi waktu untuk hal yang sia-sia tentu saja ini akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Waktu adalah investasi terbaik untuk masa depan, maka sudah seharusnya mempergunakan dengan sebaik mungkin. Lalu perlukah kita perlu mengontrol jejaring social ? Jawabannya adalah ada dalam diri kita sendiri, kita bisa menilai waktu yang telah kita habiskan apakah bermanfaat atau tidak. 

Semoga kedepan pemerintah Indonesia mampu membuat inovasi sendiri sebagai bangsa yang merdeka dan mampu membawa indonesia kearah yang lebih maju dari segala arah dengan selalu menjadi penyejuk untuk warga negaranya. Yang tidak kalah penting adalah kita mampu menjaga diri dan keluarga dari kejahatan dunia tidak nyata ini juga mampu mengendalikan internet kearah yang positif dan menguntungkan.

HELMI SUARDI, Humoris Bercerita