Pembatasan Akses Internet di Tiongkok


Copyrigt Helmi Suardi

Di era globalisasi sekarang ini banyak sekali bermunculan berbagai jejaring sosial media. Sosial media sudah menjadi bagian hidup untuk umat manusia. Bukan hanya orang dewasa saja yang menggunakan sosial media, bahkan kalangan pelajar sekolah dan anak-anak yang belum cukup umurpun juga sudah akrab dengan jejaring sosial yang sekarang sedang berkembang pesat.

Jejaring sosial ini sebenarnya disediakan untuk memfasilitasi kita terhubung dengan satu sama lain, sebagai media dakwah, mengurangi isolasi social, demokratisasi informasi, ruang kreasi social, mempelajari hal-hal baru (sebagai New Media), sebagai media promosi dalam bisnis, dan lain sebagainya. Namun jika tidak terkontrol dengan baik jejaring sosial ini akan memberikan dampak negative seperti ikut menyebarkan berita yang tidak diketahui kebenarannya, bullying, kriminalitas, kesehatan mental, kesehatan fisik dan lain sebagainya.

Namun, akhir-akhir ini di Indonesia sedang hangat atau heboh diperbincang dengan pemblokiran dan pembatasan penggunaan media sosial oleh pemerintah Indonesia. Pembatasan penggunaan ini tentunya menjadi polemik di antara kalangan pengguna internet pada umumnya dan kalangan businessman khususnya.

Di Tiongkok sendiri pembatasan seperti Google, Youtube, Facebook, Whatsapps, Intagram, Twitter, Path, Gmail, Line, dan lain-lain yang berkaitan dengan google ini sudah berlangsung sejak lama. Pada 23 Maret 2010, pemerintah Tiongkok resmi mengumumkan penutupan layanan Google di daratan China.

Nah lalu setelah otoritas pemerintah Tiongkok mengblokir itu bagaimana mereka mengakses intetnet? Tentu saja mereka tidak fokus pada masalah mereka tentu sudah siap dengan itu semua, sebagai ganti Google mereka punya Baidu.com, mereka block Youtube tapi mereka punya Youku, mereka punya Wechat, QQ, Weibo, dan lain sebagainya. Apakah mereka tidak menggunakan layanan Google, Facebook, Instagram, Youtube dan lain sebagainya? jawabannya adalah sebagian dari mereka menggunakannya dengan menggunakan aplikasi tambahan yaitu Virtual Private Network atau yang di singkat dengan VPN secara illegal. 

Setiap pembatasan yang di terbitkan oleh pemerintah Tiongkok, tentu saja mereka tidak membual atau dengan kata lain pemerintah Tiongkok siap membuat alternative sebagai gantinya yang pastinya buatan anak bangsa dan produk dalam negeri. 

Di Tiongkok, untuk mengkritik dan menulis sesuatu unek-unek di jejaring sosial tidak sembarang seperti di Indonesia, karena pemerintah setempat akan mengontrol setiap postingan rakyatnya yang di nilai menyalahi aturan dan undang-undang pemerintah Tiongkok. Dan jika ada yang kedapatan pihak berwajib tidak segan-segan memberikan hukuman kepada orang yang di anggap melanggar. Seperti kasus yang terjerat pada seorang calon mahasiswa baru yang mengomentari kebijakan wajib militer pada jejaring social weibo, maka pihak kampus dengan tegas mengeluarkan mahasiswa tersebut.

Berdasarkan pengamatan saya, sebagai pengguna jejaring sosial, kita harus jeli melihat implikasi yang mungkin terjadi pada diri kita, baik positif ataupun negatif agar jejaring sosial selalu berada di bawah kontrol kita dan jangan sampai kita yang di kendalikan oleh dunia bayangan. 

Akhir-akhir ini semakin banyak pengguna jejaring sosial yang terjerumus kedalam kasus-kasus penyebaran hoaks atau berita yang tidak benar. Banyak dari pengguna jejaring social yang menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenaran informasi tersebut. 

Dampak positif dan negatif jejaring sosial menjadi konsekuensi yang secara sadar atau tidak selalu menemani ketika berselancar di sosmed. Di era yang sudah canggih ini, kini jejaring social meradikalkan cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagian besar waktu kita habis untuk terhubung dengan orang lain melalui sosmed.

Kita bisa mencegah dampak negatif dari jejaring sosial dengan membatasi diri dan berhati-hati. Jangan sampai media sosial menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan penyakit, dan merusak hubungan social. 

Jejaring sosial jika digunakan secara bijak akan menjadi ladang amal dan tempat memungut pundi pundi rupiah, namun sebaliknya jika di gunakan secara negatif akan menjadi petaka bagi diri sendiri dan orang banyak. Yang perlu di ingat ialah salah memberikan informasi adalah sebuah kebohongan, dan semakin kita berbohong semakin kita menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap kita.

Terlalu banyak kita investasi waktu untuk hal yang sia-sia tentu saja ini akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Waktu adalah investasi terbaik untuk masa depan, maka sudah seharusnya mempergunakan dengan sebaik mungkin. Lalu perlukah kita perlu mengontrol jejaring social ? Jawabannya adalah ada dalam diri kita sendiri, kita bisa menilai waktu yang telah kita habiskan apakah bermanfaat atau tidak. 

Semoga kedepan pemerintah Indonesia mampu membuat inovasi sendiri sebagai bangsa yang merdeka dan mampu membawa indonesia kearah yang lebih maju dari segala arah dengan selalu menjadi penyejuk untuk warga negaranya. Yang tidak kalah penting adalah kita mampu menjaga diri dan keluarga dari kejahatan dunia tidak nyata ini juga mampu mengendalikan internet kearah yang positif dan menguntungkan.

HELMI SUARDI, Humoris Bercerita



EmoticonEmoticon