Di China, Kantin Halal Terakreditasi

Makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi kehidupan orang yang mengonsumsinya. Mengonsumsi makanan halal dan baik adalah suatu keharusan bagi kita sebagai umat muslim sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Tidak lain dan tidak bukan ialah semata demi kebaikan dan kemaslahatan kita sebagai hamba-Nya.

Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyimpanan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit dan lain sebagainya.

Di tempat saya tinggal yakni Wuhan, kantin halal tempat makan ini terakreditasi ada yang A, B dan C. Kantin yang terakreditasi A merupakan tingkat keamanan pangannya sangat baik, dan yang terakreditasi B merupakan bagus, sementara kantin yang terakreditasi C ini tingkat kemanan pangannya biasa tetapi sudah tergolong rendah tingkat keamanan pangannya. Jadi standar C ini tidak berarti restoran makanan akan menjadi masalah keamanan pangan, namun risikonya akan relatif besar. Tapi setiap kali rankingnya akan upaya untuk memperbaiki harapan untuk mengganti level C untuk mendapatkan level B atau A. Tidak hanya kantin/warung makan halal saja yang terakreditasi tetapi setiap kantin/warung yang tidak ada lebel halal juga.

Makna terakreditasi ini adalah tingkat atau level keamanan makanan dan minuman yang tersedia di kantin tersebut. Pada setiap kantin pasti ada satu supervisor yang selalu mengontrol keamanan dan kenyaman saat makan, guna agar ketertiban selalu terjaga.

Keamanan makanan ini diberlakukan di China untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat yang mengonsumsi makanan tersebut. Namun, tidak hanya saja keamanan makanan yang terus dicek oleh Komite Keamanan Pangan dan Obat-obatan akan tetapi juga dicek kondisi kesehatan para pegawai yang bekerja di kantin tersebut. Keamanan pangan ini dilakukan dengan baik, untuk mendorong kepuasan masyarakat secara signifikan.

Kantin-kantin di sini juga sebagian sudah dipasangkan CCTV guna untuk bisa melihat langsung apa yang dilakukan oleh para pekerja di dapur dan intinya di tempat mereka bekerja. Dan CCTV ini dipasangkan di ruang makan yang semua yang makan di situ dapat melihatnya.

Di dalam aturan yang tertera pada poster yang di tempel di kantin tersebut, kantin itu tidak boleh mengubah tata letak dan dan kondisi produksi juga menajemen dengan sewenang-wenang.

Di akhir kata pada peraturan tersebut yang dibuat oleh pemerintah setempat ialah mereka mengajak sesama untuk meningkatkan manajemen keamanan pangan dan bergandengan tangan untuk menciptakan kota dengan keamanan pangan yang baik.

Penulis adalah Mahasiswa asal Teunom, Aceh Jaya. Alumnus Fakulats Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong Keji Daxue, Tiongkok.


Pernah diposting di http://portalsatu.com/read/Citizen-Reporter/di-china-kantin-halal-terakreditasi-37958

Sekolah di Tiongkok Jaga Ketat Anak Didik

ANAK adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah kepada para orang tua. Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat anak-anaknya tumbuh kembang sebagaimana mestinya. Namun, akhir-akhir ini para orang tua dihantui oleh maraknya isu penculikan yang konon dilakukan orang-orang yang tergabung dalam aksi kejahatan dengan menyaru sebagai orang gila atau pengemis untuk melancarkan aksinya agar masyarakat tak curiga.

Penculikan anak yang sekarang menjadi trending topic atau hal yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia, khususnya di Aceh, cukup membuat orang tua resah gelisah. Keresahan warga tidak hanya di dunia nyata, tetapi mereka juga ikut “curhat” di dunia maya, sehingga orang tua lainnya bertambah gelisah dengan banyaknya info dan berita-berita yang membuat orang tua harus lebih ekstra menjaga anaknya dan waspada kepada orang yang tak dikenal.

Sempat saya baca di salah satu media bahwa harga jual anak saat ini mencapai harga fantastis atau Rp 5 miliar. Mungkin karena nilainya yang tinggi inilah sehingga pelaku kejahatan nekat melakukan penculikan anak. Lemah dan kurangnya penjagaan atau pengawasan terhadap anak, khususnya di Aceh, membuka peluang bagi pelaku kejahatan untuk beraksi.

Jika kita lihat keseharian anak-anak kita belakangan ini, mereka sepertinya lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada di rumah. Sepulang sekolah atau saat bermain, itu adalah waktu-waktu yang rawan bagi anak-anak kita untuk dijadikan target oleh para predator anak untuk mencari mangsa.

Kadangakala ada sebagian orang tua yang hanya mengantar saja anaknya ke sekolah, tapi tidak lagi menjemputnya. Dengan kata lain, membiarkan si anak pulang sendiri. Mungkin karena orang tua sibuk atau belum pulang kerja. Anak-anak yang tidak sedang berada dalam pengawasan orang tua dan gurunya inilah rawan diculik.

Nah, jika kita bandingkan anak-anak di Cina dengan anak-anak di Aceh dan Indonesia umumnya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sangatlah jauh berbeda. Contohnya saja saya, sewaktu kecil kadang pulang sekolah langsung pergi main dengan teman-teman kecil lainnya tanpa pengawalan dari orang tua. Tetapi berbeda sangat dengan anak-anak Cina. Di satu sisi bisa saya katakan masa kecil anak-anak Aceh lebih bahagia daripada masa kecil anak-anak Cina. Namun di sisi lain, keamanan anak-anak Aceh sekarang ini dengan maraknya isu penculikan, terkesan sangat tidak baik karena minim pengawasan orang tua.

Di Tiongkok justru, pada saat penjemputan anak-anak, para wali murid tidak bisa masuk ke dalam pekarangan sekolah dengan leluasa. Mereka harus antre dengan rapi menunggu si buah hatinya ke luar dari pintu sekolah yang dijaga ketat oleh satpam (security).

Di samping sekolah yang terjaga ketat, area lainnya juga dijaga oleh pihak keamanan setempat atau polisi. Di berbagai sisi kota dan sekolah juga dipasang kamera CCTV, termasuk di lorong-lorong yang dianggap rawan kejahatan, untuk memantau keadaan. Pihak keamanan pun bekerja setia pada perintah atasannya dalam menjalankan tugas.

Jika kita hendak masuk ke pekarangan sekolah, tetap tidak diizinkan, kecuali karena alasan sangat tertentu. Tembok pagar yang tinggi dan pintu ke luar-masuk yang memiliki system card juga dijaga dengan ketat oleh security sekolah tersebut.

Jika kita lihat dan bandingkan dengan sekolah-sekolah kita di Aceh, sistem pengamanannya tidak seketat di Tiongkok. Di samping penjagaan ketat oleh pihak keamanan, kepada anak-anak di sini juga ditanamkan sifat untuk tidak mudah percaya kepada mosheng ren atau orang yang tak dikenal. Jadi, kalau didekati atau diajak ngobrol oleh orang asing, mereka sangat berhati-hati atau bahkan menghindar.

Saat anak-anak yang masih perlu penjagaan dari orang tua ini masuk sekolah, maka sepenuhnya tanggung jawab pihak sekolah. Begitu pula saat di luar sekolah anak-anak tidak lepas dari penjagaan orang tua atau kakek neneknya.

Sistem antar jemput anak-anak oleh orang tua atau kakek neneknya ke sekolah di negara yang menggunakan sumpit pada saat makan ini menandakan mereka benar-benar menjaga buah hati mereka. Apalagi mereka tak punya banyak anak atau cucu. Setiap anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar ke mana-mana ditemani oleh orang tua atau neneknya. Ini langkah antisipatif warga Tiongkok agar anak-anak usia sekolah tidak mudah diculik. Semoga kewaspadaan serupa juga tumbuh di kalangan orang tua di Aceh.

OLEH HELMI SUARDI, alumnus UIN Ar-Raniry, kuliah pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong Keji Daxue, melaporkan dari Tiongkok
Pernah diposting di http://aceh.tribunnews.com/2017/03/26/sekolah-di-tiongkok-jaga-ketat-anak-didik



Harbin Sulap Es Batangan menjadi Karya Seni yang Indah

BERSUHU dingin dengan derajat dibawah minus merupakan cuaca yang cukup ekstrem bagi kita yang sebelumnya tidak pernah merasakan musim dingin di negara sendiri. Nah, liburan musim dingin kali ini pada tahun kedua saya berada dinegara yang memiliki empat musim ini untuk dapat mengunjungi  beberapa kota yang berada di China salah satunya Harbin.

Harbin adalah sebuah kota sub-provinsi dan ibu kota Provinsi Heilongjiang di timur laut Tiongkok. Letaknya di tepi selatan Sungai Songhua. Harbin yang memiliki nama julukan Mutiara di leher angsa dikarenakan bentuk Heilongjiang yang menyerupai seekor angsa atau Harbin juga dikenal sebagai Kota Es karena musim dinginnya yang panjang dan dingin ketimbang musim lainnya.

Iklim Harbin dipengaruhi oleh angin juga, sangat angin berhembus maka rasa dinginpun bertambah. Suhu di musim dingin saat saya mengunjungi kota harbin ini adalah -14 °C sampai -20°C . Suhu rata-rata di musim dingin adalah ?15 °C, dengan kemungkinan suhu jatuh hingga ?38.1 °C.

Dunia seni menghasilkan cukup banyak ragam hasil karya, mulai dari musik, lukisan, kerajinan, sastra, dan banyak lagi yang lainnya. Hasil karya Patung Es di dunia juga sudah cukup banyak, mulai dari patung manusia, binatang, gedung-gedung terkenal di dunia, sampai tokoh-tokoh kartun yang terkenal.

Mungkin dipikiran kita es hanya sekadar pelengkap karena mudah mencair. Namun siapa sangka? Es yang sudah terukir nan indah ini dengan minimalis yang mengagumkan mampu bertahan lama.

Dalam pembuatan atau pahatan yang sempurna karya Seni dari balok-balok Es tersebut  tentunya memerlukan keahlian khusus, keterampilan, dan juga pengalaman. Tidak semua orang dapat membuat karya seni dari es yang indah itu. Tentu saja sebuah karya seni yang indah tidak dihasilkan dengan usaha yang begitu mudah dan tanpa tantangan.

Karya seni dari es balok ini tidak hanya berukuran kecil saja, tetapi juga berukuran cukup besar, baik itu dari karya seni yang dibuat dalam bentuk manusia, binatang, bangunan baik itu khas china maupun eropa dan lain sebagainya dengan minimalis yang sungguh indah dengan tambahan lampu yang di sematkan dalam batangan es yang sudah terukir indah itu. Karya seni ini yang nan indah ini tidak hanya bisa di pandang mata tetapi bisa juga untuk dinikmati berseluncur dari es yang licin ini.

Istilah minimalis bukanlah istilah yang asing bagi kita. Apalagi dalam dunia dan bidang arsitektur. Bahkan hampir semua rancang desain mesti ditambahin kata minimalis. Entah itu, hmm istri minimalis, taman minimalis, dapur minimalis, dan sebagainya. kata minimalis adalah desain serba clean (bersih), rapi mungil dan lain sebagainya. Sehingga akan terkesan sangat indah cahayanya yang dipancarkan dari dalam karya seni es tersebut. Dimana istilah minimalis adalah sebuah desain yang sederhana. Yap dalam artian menggunakan bahan seadanya, tidak terlalu mahal namun dapat menghasilkan bentuk yang indah.

Dalam proses membawa atau mengangkat baok-balok es tersebut mereka juga mengerahkan alat-alat berat juga, tidak main-main bukan! Mereka sadar dan pandai dalam bidang itu, karena dalam setiap pengeluaran ada juga pemasukan. Dikeranakan untuk masuk kedalam taman es yang sudah terukir indah itu juga dipungut biaya dengan yang terjangkau. Namun, dalam pemungutan biaya ini tidak semua sama, dengan harga yang berbeda.

Untuk siswa yang masih S1 atau sma dan setara dengan menunjukkan kartu siswa maka dapat diskon harga setengah. Maka kalau suatu saat kalau punya kesempatan bawalah kartu siswa biar mendapat potongan harga.

Dalam menciptakan karya seni dari balok- balok tersebut cukup kreatif dan unik juga professional. Mungkin panjangnya musim dingin ini adalah satu anugerah bagi Rakyat Kota Es tersebut untuk dapat merayakan dan menyukuri diturunkannya salju musim dingin, dan memperlakukan es dengan sentuhan hati serta menjadikannya sebuah nilai seni. Seniman selalu membuat karya yang menjadi sensasi, salah satunya dengan menggunakan media es yang tercipta secara alami, atau dengan bantuan mesin pendingin untuk menjadi es menjadi sempurna.

Karya seni yang terbuat dari es ini terukir dengan sangat baik dan nan indah, Sangking indahnya karya es ini, bahkan hampir tidak terlihat seperti terbuat dari es.

Untuk seni memahat balok-balok es ini biasanya sering dilakukan di negara yang terdapat musim dingin dimana salju turun pada musim tersebut yakni salah satunya kota harbin. Di kota ini juga biasanya saat musim dingin sering diadakan festival seni, lomba, dan pameran patung es sehingga bias menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang luar untuk mengunjungi kota harbin ini.

Karya seni dari balok-balok es tersebut tidak perlu ditempatkan di ruangan khusus yang bersuhu dingin agar tidak mencair cukup di luar ruangan dikeranakan cuaca nya saja sudah cukup sangat ekstrem dingin.

Hasil karya seni dari balok-balok es yang hebat dan keren tenu saja dipengaruhi oleh factor kualitas es. Es yang biasa digunakan adalah es yang berbentuk balok. Kualitas es bergantung pada air dan mesin yang digunakan. Air dan mesin yang berkualitas pasti akan menghasilkan es yang berkualitas juga.

Bersedialah menghadapi kedinginan udara yang membekukan sumsum tulang jika anda melakukan travelling ke Negara yang Iklimnya minus, tetapi suasana yang pasti dengan meihat keindahan karya seni dari balok-balok es tersebut akan menghangatkan hati di Harbin.

Penulis: HELMI SUARDI, Mahasiswa asal Teunom alumnus UIN Ar-Raniry, pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong Keji Daxue, Tiongkok.


Pernah diposting di http://portalsatu.com/read/Citizen-Reporter/harbin-sulap-es-batangan-menjadi-karya-seni-yang-indah-26702

Menikmati Harum Meihua

TAK dapat kita pungkiri bahwa bunga identik dengan sesuatu yang indah dan wangi, meski dalam kenyataannya bunga itu beraneka, baik dari segi warga, bentuk, ukuran, maupun aromanya.

Banyak pula negara yang tambah popular karena namanya dikaitkan dengan bunga tertentu. Belanda, misalnya, dikenal sebagai Negeri Tulip, Jepang dikenal sebagai Negeri Sakura. Nah, tempat saat kini menuntut ilmu, Tiongkok, juga memiliki bunga khas, yakni meihua.

Bunga ini paling digemari oleh kaum hawa. Tapi, jujur saja, sebagai pria saya juga jatuh hati pada meihua, ini karena semerbak wangi sangat khas yang dipancarkannya.
Memasuki pergantian musim tentu saja ada kondisi alam yang perlahan-lahan akan berubah, mulai dari musim semi hingga semi kembali. Di awali musim semi, ditandai dengan mulai mekarnya bunga-bunga.

Meihua yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan plum blossom merupakan bunga andalan negara yang berjuluk Tirai Bambu ini. Meihua dianggap sebagai sebuah simbol musiman dikarenakan berbunga di akhir musim dingin dan awal musim semi. Terkadang meihua ini juga disebut winter plum karena mekarnya pada musim dingin.

Bunga-bunga meihua ini terlihat begitu mungil, tapi memesona setiap kali mata memandangnya.

Meihua ini di Tiongkok sangat mudah kita jumpai, baik di jalanan maupun di taman-taman, dikarenakan rakyat dan pemerintah terus menata kota dengan berbagai tanaman seperti di tempat kota saya berada saat ini, yaitu Kota Wuhan, Provinci Hubei, Tiongkok.
Bunga nan indah dipandang mata ini juga memancarkan semerbak harum memenuhi udara yang begitu wangi, apalagi pada waktu malam hari. Wangi jenis bunga ini terbilang cukup membius pusat saraf saya, sehingga betah berlama-lama dekat dengannya walaupun dingin menemani. Saking sukanya saya memetik bunga ini satu lalu membawa pulang ke kamar.

Wangi bunga ini melekat dan bisa tahan beberapa hari harumnya walaupun bunganya sudah kering. Khas dari bunga ini ialah memiliki aroma yang kuat dan lembut. Meihua memiliki berbagai warna, di antaranya putih, merah muda, dan merah. Puncak indah mekarnya bunga meihua ini ialah pada Februari dan Maret.

Meihua ini merupakan salah satu bunga yang paling dicintai rakyat Tiongkok dan sering digambarkan dalam seni-seni dan puisi Cina. Meihua, menurut pandangan orang Cina, melambangkan ketekunan, harapan, keindahan, dan kemurnian, sekaligus kefanaan hidup.
Saat bunga meihua ini mekar seolah menjadi magnet bagi setiap orang yang melewati atau sang pecinta bunga ini untuk mengabadikan momen yang nan indah ini. Apalagi bagi kita orang luar tentu saja ini kesempatan terbaik untuk banyak-banyak mengabadikan momen yang tidak ada di negara sendiri.

Meihua atau plum ini adalah satu dari empat utama dalam budaya Cina. Tiga lainnya adalah bambu, kisran, dan anggrek. Bunga meihua mekar di antara cabang-cabang yang gundul ini lebih dulu mekar daripada bunga-bunga jenis lainnya.

Dalam karya-karya seni Cina tua ini bunga meihua ini melambangkan kelahiran kembali dan pertumbuhan.

Bunga yang indah asal Cina ini sangat baik untuk dinikmati saat musim semi. Untuk melihat bunga ini lebih nikmat di bawah sinar matahari yang terang, tetapi untuk wanginya lebih baik pada malam hari karena mengeluarkan karbondioksida ke udara.

Bunga-bunga ini begitu kecilnya tapi indah, dan Anda akan jatuh cinta kepanya pada pandangan pertama. Perkembangan bunga ini di pohon benar-benar begitu ajaib dan sempurna. Keunikan lain dari bunga ini adalah bentuknya yang begitu mungil dan bergantung secara berurutan. Itulah pesona khas meihua dari Cina.

OLEH HELMI SUARDI, alumnus Fakulats Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, studi di Program Master Developmental and Educational Psychology di Huazhong Keji Daxue, melaporkan dari Tiongkok
Pernah diposting di http://aceh.tribunnews.com/2017/02/02/menikmati-harum-meihua


Di Tiongkok, Kalau tak Bayar Baru Listrik Mati

MUNGKIN ungkapan “mati lampu, mati lampu lagi” mulai sering diucapkan kembali oleh masyarakat Aceh akhir-akhir ini. Ya, kebiasaan buruk Perusahaan Listrik Negara (PLN) kembali kambuh, sehingga membuat masyarakat merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Terlebih pada saat puasa Ramadhan pula.

Tak bisa dipungkiri bahwa pemadaman listrik mendatangkan kerugian bagi pelanggan. Bahkan, keluhan soal listrik kerap kita dengar dari mulut warga, bahkan banyak yang “curhat” di dunia maya. Hal ini cukup serius. Dari dulu sampai sekarang masalah ini belum teratasi dengan baik. Ada saja kendala dan alasan ini-itu, sehingga hal ini menjadi problem berkepanjangan yang bagaikan tak terpecahkan dari waktu ke waktu.

Paling banter, penanganan dilakukan dengan pemadaman listrik secara bergilir atau terencana. Dan hal seperti itu terus terulang dari Ramadhan ke Ramadhan. Itulah yang membuat masyarakat Aceh kerap menggerutu dari puasa ke puasa.

Namun, di Tiongkok tidak berlaku pemadaman listrik bergilir seperti yang kerap terjadi di Aceh. Kelebihan daya listrik di Negeri Tembok Raksasa ini bahkan bisa dipakai untuk menerangi jalan, taman, kolam, dan lain sebagainya.

Pendeknya, sudah dua tahun saya berada di Tiongkok, tapi listrik tidak pernah padam sekali pun yang dilakukan oleh pengelolanya. Sistem listrik di sini saya perhatikan sudah cukup bagus dan kabel-kabelnya selalu dirawat oleh pihak yang bertanggung jawab.
Lantas, tak pernahkah mati listrik di Tiongkok?

Jawabnya adalah: Kita baru bisa merasakan listrik padam jika token yang kita isi sudah habis pulsanya. Di sini ada pelanggan yang memakai kartu listrik, ada pula yang tidak. Tapi cara pengisiannya sama, yakni kita hanya membayar listrik pada penjaga atau pengelola apartemen, maka selesailah urusan listrik. Listrik hidup selalu, kami pun belajar nyaman dan aman di sini.

Akan tetapi beda sekali dengan yang dirasakan keluarga dan saudara-saudara kami di Aceh saat ini. Bayar listrik atau tidak, toh mereka tetap merasakan pemadaman yang dilakukan pihak PLN.

Harapan kita semua agar PLN Wilayah Aceh siap bekerja maksimal dan memberikan pelayanan terbaik untuk warga Aceh. Sudah cukuplah dari Ramadhan ke Ramadhan masyarakat Aceh dikecewakan, bahkan pada saat pemeliharaan menjelang puasa.

Sehat selalu Pak PLN dan jangan lelah menjadi power ranger untuk warga Aceh tercinta. Lampu adalah penerang di saat malam gulita dan kami anak-anak butuh lampu untuk belajar. Bantu kami mewujudkan mimpi kami Pak PLN, agar di kemudian hari nanti kami berbahagia setelah impian kami terwujud.

OLEH HELMI SUARDI, alumnus UIN Ar-Raniry, kuliah pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok

Pernah diposting di http://aceh.tribunnews.com/2017/05/30/di-tiongkok-kalau-tak-bayar-baru-listrik-mati

Belajar Gaya Hidup dari Rakyat Tiongkok

INI merupakan tahun kedua saya berada di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Banyak hal yang saya dapatkan dari kehidupan rakyat di sini. Sambil menyelam minum air, mungkin inilah yang saya lakukan: terus-menerus belajar di Negeri Tirai Bambu ini untuk mengenali kehidupan dan keseharian rakyatnya.

Saat melangkah ke sana-kemari tentu saja secara tak langsung saya telah diajarkan oleh alam dan kehidupan sekitar tentang bagaimana cara melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu positif maupun negatif. Namun, hakikatnya kita sebagai manusia yang telah dianugerahi akal, maka sisi kebaikan (positif)-lah yang harus kita ikuti dan menjauhkan sisi negatif.

Kali ini saya ingin menyampaikan sesuatu yang menarik tentang rakyat Tiongkok. Dengan berada di sini hampir dua tahun, saya menjadi lebih mengerti mengapa Rasulullah saw menganjurkan kita supaya mencari ilmu hingga ke Negeri Cina.

Dalam kesehariannya, kehidupan rakyat Tiongkok ini terbilang cukup unik, baik itu secara sosial maupun pribadi. Warga Tiongkok sangat berdisiplin, baik itu dalam hal yang kecil maupun hal besar.

Jika kita lihat dari segi ekonomi, Cina ini adalah bangsa yang mempunyai etos kerja tinggi dan tipe pekerja keras. Dalam sehari, orang Cina mampu bekerja 12 jam. Bayangkan, kita saja yang bekerja delapan jam sehari, sudah merasa berat.

Di samping sebagai pekerja keras, orang Cina adalah pekerja cerdas. Sekarang, tak ada satu barang pun di dunia ini yang tidak ditiru oleh Cina, lalu dia jual lebih murah. Boleh kita katakana Cina adalah macan ekonomi di Asia kini.

Ekonomi Cina booming dan berkembang sangat pesat. Kenapa? Karena bangsa Cina itu tidak suka hidup mewah, di samping karena budaya, juga karena faktor politik komunisme yang mereka anut. Cina itu dari komunis bergeser ke arah sosialis yang agak longgar, bahkan sekarang menjadi kapitalis, namun bukan “dikapitalisi” oleh orang lain.

Hidup bangsa Cina tetap sederhana, karena budaya mereka mengacu pada filsafat Konghucu, sekalipun mereka komunis yang menganut ajaran tidak bertuhan (ateisme).
Saya melihat bangsa Cina ini memang aneh. Mereka lebih mendahulukan bekerja daripada makan. Porsi yang dimakan harus di bawah hasil kerja. Sebenarnya, porsi makan orang Cina itu banyak, sama banyaknya dengan orang Arab, akan tetapi karena mereka berolahraga terus, sehingga jarang ada yang gemuk.

Mereka juga sangat jarang naik sepeda motor. Saya lihat di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, kalau orang mau bepergian yang jaraknya kurang dari 1 km, maka mereka memilih jalan kaki. Tapi kalau lebih dari 1 km, mereka memilih naik sepeda, dan kalau lebih dari 5 km, mereka naik bus. Kalau sudah kaya sekali, barulah mereka membeli mobil. Tapi itu pun jarang dipakai, karena mereka lebih suka naik bus sekalipun sudah punya mobil sendiri. Alasan mereka sederhana dan rasional: jalan kaki itu lebih hemat, sehat, lebih selamat, dan antipolusi.

Amatan saya, orang Barat itu hebat dalam hal penelitian dan inovasi. Mereka meneliti sampai bisa menemukan listrik, kereta api, silinder, dan sebagainya. Tapi dalam urusan berdagang dan mencari rezeki, jagonya adalah Cina. Sedangkan kalau makan tapi tidak kerja, nah itu jagonya kita, orang Indonesia. Jadi, orang Indonesia itu maunya: kalau kerja tidak berkeringat, tapi kalau makan harus berkeringat.

Berarti, kita mengalami hambatan budaya untuk maju. Semua ini membuat saya berpikir, seandainya ibadah, tauhid, dan akhlak kita digandengkan dengan etos kerjanya orang Cina, maka saya kira itulah yang dimaksud oleh Rasulullah dalam hadisnya: Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok pagi.

Tak bisa dipungkiri, hubungan sosial antarwarga Cina yang saya lihat di sini sangatlah mengagumkan. Kaum mudanya sangat menghargai yang tua, menyayangi anak kecil, dan ibu hamil. Saat melihat ibu hamil di bus, pastilah anak mudanya mempersilakan si ibu untuk duduk dan dia rela berdiri lama. Ini pemandangan yang umum terlihat di dalam metro/subway maupun bus umum.

Semoga sisi positif gaya hidup orang Cina ini bisa kita jadikan acuan untuk mendisiplinkan diri, menghargai sesama, terutama anak dan wanita, termasuk dalam membangun negeri penuh gairah. Sungguh tak ada kata terlambat untuk memulai suatu kebaikan dan perubahan.

OLEH HELMI SUARDI, Mahasiswa Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok
Pernah diposting di http://aceh.tribunnews.com/2016/10/07/belajar-gaya-hidup-dari-rakyat-tiongkok

Cina, Negeri Satu Rupa dengan Seribu Gaya

SIAPA yang tak kenal Cina, negara yang suka meniru hampir segala macam bentuk bangunan, barang, atau produk yang ada di dunia? Mulai dari yang unik, yang populer, maupun yang mewah, termasuk produk smartphone, hampir semua mereka tiru menjadi produk Kw alias tidak orisinal. 

Atau sebutlah apa saja, mereka pun pernah mencoba bikin dan dilabeli made in China. Jika kita membeli barang-barang elektronik buatan Cina sepatutnya kita jeli dan berhati-hati agar sebagai pembeli kita tidak tertipu membeli produk yang ternyata Kw-kw-an.

Sejauh yang saya amati, ternyata tidak hanya barang sehari-hari yang bisa dibuat versi Kw-nya oleh Cina, akan tetapi replika ikon dunia yang sangat mirip dengan aslinya pun mampu mereka hasilkan. Saya malah khawatir, lama-lama ada kemungkinan seisi bumi ini ada saja versi tiruannya bikinan penduduk Negeri Tirai Bambu ini.

Kini, Negeri Panda ini boleh dikatakan sebagai macan ekonomi Asia yang cukup berhasil dan diseganai dalam segala bidang. Mereka maju di segala bidang sehingga pertumbuhan ekonomi negara ini makin menjulang tinggi.

Majunya negara komunis ini sebagai bukti kerja keras mereka dalam menekuni bidangnya masing-masing sehingga dapat menggapai apa yang mereka targetkan.

Dari setiap sudut kota yang telah saya kunjungi, seperti Kota Xian, Tianjin, Harbin, Nanjing, dan tempat saya tinggal saat ini , yakni Kota Wuhan, banyak terdapat bangunan khas Eropa seperti Itali, Spayol, Jerman, Belanda, Paris, Inggris, Rusia, di samping khas Amerika.

Nuansa Eropa begitu terasa ketika kita berada dan melihat langsung bangunan-bangunan khas negara lain yang berada di Tiongkok. Saat kita melihat ke kiri dan ke kanan seolah-olah kita sedang berada di Eropa, tidak sedang berada di Cina. Ini seolah membawa kita terbang sejenak ke Eropa.

Namun, tidaklah hilang ciri khas mereka sebagai Cina yang tetap menjaga bangunan candi-candi (temple) dan khas unik lainnya yang penuh dengan ukiran klasik dan unik. Ditambah lagi dengan ide unik rakyat Cina yang suka mengubah-ubah tatanan kota sehingga setiap hari banyak perubahan di setiap sudut kota dan perumahan warga.

Di samping itu, kehidupan warga Tiongkok sudah mulai mengikuti ala Barat, baik itu dari cara hidup maupun style mereka.

Jika Anda suka dengan ikon-ikon dunia tersebut, maka Negara Panda ini sangat tepat untuk dijelajahi, di samping bangunan khasnya Eropa pun juga dapat Anda nikmati di sini tanpa perlu terbang jauh ke Eropa.

OLEH HELMI SUARDI, alumnus UIN Ar-Raniry, kuliah pada Program Master Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok

Pernah diposting di http://aceh.tribunnews.com/2017/10/19/cina-negeri-satu-rupa-dengan-seribu-gaya

Mahasiswa Cina ‘Gila’ Belajar

HAMPIR dua tahun sudah saya menikmati masa-masa studi di Cina atau Tiongkok, negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Dalam masa itu, tentu saja banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan, baik itu di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Dalam kegiatan sehari-hari, disadari atau tidak, kita pasti mengalami kegiatan yang namanya belajar, baik secara teori maupun praktik dari lingkungan sekitar kita.

Orang yang tekun belajar bukan saja akan pintar, tapi juga akan mengerti arti kehidupan yang sesungguhnya. Menjadi rajin belajar berarti harus serius dan memiliki komitmen dalam belajar.

Nah, belajar dengan rajin dan giat di masa muda, ternyata itulah salah satu kunci sukses orang Cina, sehingga negaranya makin maju, daya saing warganya semakin hebat. Pendeknya, Cina terus menghasilkan generasi yang jenius dan brilian.

Dalam kesehariannya, mahasiswa Tiongkok sangatlah menghargai waktu. Mahasiswa-mahasiswi di sini lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan, di ruang kelas, di taman, bahkan di warung kopi sambil belajar. Boleh dibilang, pelajar dan mahasiswa Cina tipe orang yang “gila” belajar.

Hebatnya lagi, kebanyakan warung kopi di sini tidak hanya menyediakan kopi, tetapi juga menyediakan buku bacaan di rak yang terbilang cukup banyak bukunya. Siapa pun yang ingin membacanya bisa mengambilnya sendiri.

Bahkan terkadang ada mahasiswa yang tidur di laboratorium saking giat dan rajinnya belajar. Begitulah yang dilakoni salah satu warga Cina, kawan saya yang sehari-harinya menghabiskan waktu di lab. Ia sadar karena untuk hidup di negaranya tidaklah mudah, mengingat begitu banyak saingan dalam berkompetisi mencari pekerjaan.

Sering saya lihat, dalam sebuah kamar yang terbilang tak terlalu besar mereka bisa empat bahkan sampai delapan orang belajar serius. Di samping mahasiswa Cina memang sangat banyak, mungkin ini juga salah satu langkah yang digalakkan Pemerintah Cina agar mahasiswa tidak banyak menghabiskan waktu di luar kamar.

Jika kita cermati mahasiswa Cina kuliah, terkadang lebih parah dari sistem belajar di Aceh, misalnya. Mereka ada yang tidur, bermain game, baca buku, chatting dengan teman-teman di media sosial, dan lain-lain, namun tidak sedikit dari mereka juga memperhatikan kuliah saat dosennya mengajar. Boleh jadi mereka jenuh dengan belajar terus-menerus, sehingga butuh sedikit hiburan, baik itu chatting dengan teman-teman ataupun bermain game.

Namun, ketika kita lihat mereka belajar sendiri atau bersama kawannya, baik itu di perpustakaan ataupun di ruang kelas, para mahasiswa/i Cina belajarnya sangatlah tekun dan serius. Suasana belajarnya pun begitu nyaman tanpa keributan atau berisik.

Dalam menghabiskan waktu belajar ini, para mahasiswa/i tidak memaksakan diri terus-menerus belajar. Jika lelah, mereka langsung istirahat dengan tidur di kursi perpustakaan atau di kursi ruang kelas tempat ia mengulang pelajaran. Ketika mereka terbangun langsung memulai lagi belajarnya, sehingga pikiran jadi fresh dan dapat kembali fokus ke pelajaran.

Meski Sabtu dan Minggu adalah hari libur, tapi tidak sedikit mahasiswa/i yang datang ke perpustakaan, ruang kelas, dan warung kopi untuk belajar baik itu mengerjakan tugas ataupun membaca buku. Tidak hanya pada siang, tapi pada malam hari pun mereka belajar hingga pukul 22.00 sampai ruang pustaka dan ruang kelas ditutup. Ini yang saya maksud dengan istilah mahasiswa Cina “gila” belajar.

Tapi, menjadi rajin belajar bukanlah berarti mengenyampingkan seluruh minat dan kegiatan yang lain. Tetap saja ada waktu untuk santai, bermain, dan bersosialisasi dengan sesama. Semoga sisi positif dari cara mahasiswa/i Cina dalam menuntut ilmu ini bisa menjadi salah satu hal yang dapat membangkitkan gairah dan semangat kita dalam belajar, baik untuk mendalami ilmu agama maupun ilmu sains. Semoga.

OLEH HELMI SUARDI, alumnus UIN Ar-Raniry, kuliah pada Program Master Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok

Pernah diposting http://aceh.tribunnews.com/2017/07/13/mahasiswa-cina-gila-belajar