Godaan Puasa di Negeri Panda

SUHU harian di Tiongkok saat ini, khususnya di Wuhan, tempat saya kuliah, terbilang cukup panas, karena memang sedang memasuki musim panas. Kondisi ini menyebabkan puasa di Tiongkok terasa jauh lebih berat. Apalagi pada musim panas, waktu siangnya lebih panjang dibanding malam, sehingga kami berpuasa bisa mencapai 16 jam lebih.

Sekadar gambaran, waktu shalat Subuh di Wuhan adalah pukul 03.42 pagi, sedangkan masuk waktu magrib pada pukul 19.30 malam. Selain itu, waktu imsak dan berbuka sering berubah, seiring dengan berjalannya waktu.


Godaan bagi orang berpuasa di sini juga terbilang besar. Maklum, orang-orang nonmuslim di sekitar kita, karena tak wajib puasa, mereka makan dan minum semau dan sepuasnya di depan kita. Mereka tak peduli sedikit pun dengan orang muslim yang berpuasa. Begitu lapar atau haus, mereka langsung makan minum di depan orang yang berpuasa.


Suasana puasa di Tiongkok yang lebih populer dengan sebutan China, itu memang banyak godaannya. Tapi bukan godaan amarah, melainkan godaan para wanita. Maklum, Tiongkok disebut-sebut sebagai negara yang membebaskan warganya berpenampilan sesukanya. Jadi, jangan heran kalau di jalanan sangat sering kita berpapasan dengan wanita yang pakaiannya seksi alias minim.


Godaan lainnya adalah makanan atau kulinernya. Hal ini jangan dianggap remeh, karena mayoritas penduduk Tiongkok bukan muslim. Jadi, sangat mungkin, jika tak hati-hati kita akan telanjur membeli makanan atau minuman yang sekilas halal, padahal terlarang bagi muslim. Begitupun, di tempat tertentu, termasuk di Wuhan, bisa kita dapatkan makanan halal (halal food), asal saja kita rajin bertanya atau membuka website untuk mengakses informasi di lokasi mana gerangan halal food dijual.


Jujur saja, tidak semua orang mengalami hal yang menarik dan menyenangkan saat menjalani puasa di negeri orang. Tapi karena puasa itu hukumnya wajib bagi muslim dewasa, maka tak ada alasan bagi saya maupun teman sesama muslim dari Indonesia lainnya, untuk tak berpuasa selama di Wuhan. Intinya, di mana pun kita berada kita harus tetap ingat akan kewajiban kita kepada agama dan Sang Pencipta.


Lalu, setelah mengetahui tantangan singkat tentang berpuasa di luar negeri, kira-kira jika disuruh memilih kita akan lebih memilih berpuasa di mana? Kalau kita memang sedang menuntut ilmu di luar negeri, pilihannya adalah nikmati saja berpuasa di negeri orang, tapi jaga mata, lidah, telinga, dan jaga iman. Selain itu, pastikan bahwa menu yang kita santap saat sahur maupun berbuka adalah sesuatu yang halalan thaiyban.


Di sisi lain, teman-teman saya yang nonmuslim pernah bertanya, kenapa sehabis jam kuliah saya pulang terus, apakah tidak makan dulu di kantin kampus? Saya jawab bahwa saya sedang tidak makan dan minum pada siang hari selama bulan Ramadhan karena saya muslim dan sedang berpuasa.


Dengan terheran-heran dia berkata, bagaimana mungkin kamu tidak makan dan minum seharian, apakah kamu tidak lapar dan haus? Saya jawab lagi, “Bagi kami umat Islam, itu hal biasa. Karena menjalankan perintah Allah, insya Allah kami tidak lapar dan haus.”


Kemudian, pada kesempatan lain di kelas saya berbagi pengetahuan kepada teman sekelas, termasuk guru kelas, tentang apa itu puasa. Semua mereka heran dan bingung saat mendengarnya, karena ibadah yang satu ini terlalu asing bagi mereka. Semoga suatu saat mereka mendapat hidayah dan paham bahwa puasa itu apa?


Baca langsung di situs : http://aceh.tribunnews.com/2016/06/17/godaan-puasa-di-negeri-panda


OLEH HELMI SUARDI, putra Aceh penerima China Scholarship untuk Program Magister di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Wuhan, Tiongkok

Foto: Keindahan Kota Prajurit Terakota


http://akhishabir.blogspot.com/
Xi'an adalah ibu kota dari Provinsi Shaanxi di Republik Rakyat Tiongkok dan juga sebuah kota sub-provinsial. Sebagai salah satu kota tertua di Tiongkok, Xi'an adalah salah satu dari empat ibu kota kuno Tiongkok. Kota ini telah menjadi pusat pemerintahan banyak dinasti-dinasti Tiongkok yang paling berpengaruh, seperti Zhou, Qin, Han, Sui, dan Tang.

Xi'an adalah titik paling timur dari Jalan Sutra dan dikenal sebagai situs bersejarah Prajurit Terakota dari masa Dinasti Qin. Kota Xi'an memiliki sejarah lebih dari 3.100 tahun dan dikenal sebagai Chang'an sebelum era Dinasti Ming.

Sejak tahun 1990-an, sebagai bagian dari tonggak kebangkitan ekonomi pedalaman Tiongkok terutama untuk wilayah tengah dan barat laut, kota Xi'an telah bertumbuh sebagai pusat budaya, industri dan pendidikan yang penting, dengan berbagai fasilitas pengembangan dan penelitian untuk ilmu pengetahuan, militer dan program antariksa Tiongkok.[] Teks: Wikipedia, Foto: Helmi Suardi

Untuk melihat bagian perjalanan saya, ini foto-fotonya langsung di website:
http://portalsatu.com/read/Citizen-Reporter/foto-keindahan-kota-prajurit-terakota-8449

Cara Rakyat Tiongkok Melakukan Penghijauan

Pohon, kata yang tak asing lagi di telinga kita, terkadang di tengah panasnya terik matahari kita selalu berlindung di bawahnya. Semua orang pasti tahu apa arti penting pohon bagi dunia dan bagi kehidupan kita, akan tetapi berapa banyak orang yang sadar apa sih sebenarnya arti pohon bagi kehidupan kita?

Memberi oksigen, mencegah banjir, mencegah longsor dan sebagainya, saat semua tau bahwa pohon itu pemberi oksigen bagi kita. Masih banyak juga yang menebangnya dan kadang membakar populasi hutan, kita semua tau bahwa pohon dapat mencegah banjir tetapi masih banyak juga pohon yang mengaliri sungai-sungai kita.

Semua tahu bahwa pohon bisa mencegah longsor tetapi masih banyak juga yang cuek terhadap kegunaan pohon di pinggiran sungai dan tebing. Bahkan baru-baru ini ada yang tega membakar hutan yang luas hanya untuk kepentingan pribadinya. Dan juga hebohnya penemuan batu cincin pada tahun 2014 lalu khususnya Aceh khususnya, untuk memperoleh pundi-pundi rupiah dengan cara pengambilannya tidah ramah terhadap alam alias mengabaikan hakikat alam yang sesungguhnya, dengan cara digali dan cara lainnya sehingga membuat pohon tumbang dan sunga-sungai menjadi abrasi dikarenakan kehilangan keseimbangan dan alampun menjadi hancur dikarenakan keserakahan kita.

Namun berbeda dengan negara yang satu ini, mereka begitu menjaga keindahan dan menghargai setiap batang pohon yang ada. Satu batang pohon sangat berarti bagi warga negara Tiongkok atau negara yang dijuluki negara Tembok.

Tiongkok merupakan salah satu negara dengan keindahan dan keklasikan rumah-rumah Cina yang masih terjaga ribuan tahun lalu lamanya terkenal di dunia. Rakyat Tiongkok terus berbenah dengan cepat dan pasti dalam membangun negaranya berharap generasi masa depan dapat menikmati keindahan dan kenyamanan di negeri sendiri. Hanya melalui inisiatif untuk melestarikan hutan, keanekaragaman satwa, air, energi, udara bersih, serta solusi ramah lingkungan di seluruh sektor usaha, keindahan Negara Tembok Raksasa ini dapat terjaga. Tiap langkah sangatlah berarti, sama seperti setiap bibit sangatlah berarti.

Salah satu yang unik dan penuh perhatian yang dilakukan oleh rakyat Tiongkok ini untuk menjaga pohon tersebut agar tetap tumbuh ialah, dengan melilitkan tali serupa tali pelepah pisang yang sudah kering yang sebelumnya sudah terbuat rapi seperti tali asli dan juga ada jenis lainnya sampai dua sampai tiga meter ke atas tergantung besarnya pohon.

Dalam penghijauan ini satu lagi yang sangat salut kita kepada mereka ialah, mereka rela menghancurkan gedung-gedung tua yang sebenarnya masih bisa dipergunakan demi sebuah taman dan pemandangan yang baik bagi manusia dan alam. Dalam hitungan haripun bangunan tua telah tersulap menjadi sebuah taman yang penuh dengan penanaman pohon yang nan indah. Wajar saja mereka melakukan hal tersebut karena saat ini ekonomi mereka sedang berkembang di negara Asia dan bisa kita katakan adalah salah satu macan di Asia.

Musim dingin merupakan satu musim yang bisa saja turun salju khususnya di kota Wuhan. Wuhan yang berada di provinsi Hubei ini berada di tengah-tengah antara utara dan selatan tentu saja membuat tanaman yang golongan kecil seperti rumput, bunga, dan jenis lainnya tidak mau mati dikeranakan es, maka meraka pun menutupi dengan kertas plastik yang panjang melebar agar tanaman tersebut tetap tumbuh dan terjaga.

Walau negara yang julukan Tembok Raksasa ini sedang melakukan pembangunan besar-besaran khususnya di kota Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok ini tetap menjaga kelestarian alam dan kebersihan lingkungan. Pemerintah Tiongkok nampak sangat serius menunjukkan dukungan dan perhatiannya terhadap lingkungan dan mahluk hidup dengan melakukan program penanaman pohon di area yang telah ditentukan.

Aksi penanaman pohon ini dikerjakan dengan sangat serius baik itu dari segi tanggung jawab ekonomi maupun tanggung jawab manusia itu sendiri. Pohon tertanam dengan rapi dan lingkungan yang terciptapun sangat bersih dan sangat enak dipandang mata juga merasa nyaman berada di dalamnya.

Jika kita peduli pada alam maka alampun memberikan manfaat yang sangat luar biasa pada yang menjaganya. Semoga kita juga bisa terus berbenah mulai dari yang kecil dengan tidak menebang pohon sembarangan dan menjaganya terus tumbuh. Sekiranya tak mampu menanam setidaknya tidaklah merusak yang telah ada yang bisa memberikan manfaat untuk manusia di seluruh muka bumi. 

*Helmi Suardi, Mahasiswa asal Seuneubok Padang, Teunom A. Jaya, penerima Beasiswa China Scholarship Council pada Program Master of Education di Huazhong University of Science and Technology, Tiongkok

Pernah diposting di Portalsatu.com

Mengintip Cicempala di Alam Bebas Wuhan

SEBAGAI seorang pencinta alam, tentu saja saya merasa nyaman dan senang melihat perkembangan Tiongkok atau Cina, negara padat penduduk dan sedang maju pembangunannya, tapi sangat mempedulikan alam sekitarnya.

Pemerintah setempat sangat memperhatikan lingkungan hijau dan membiarkan burung-burung hidup bebas di tengah-tengah kota yang sedang berkembang ini. Setiap hari terdengar kicau dan siulan aneka burung di sana-sini. Sungguh membuat hati saya senang dan bahagia. Burung-burung yang bersiul merdu membuat manusia yang mendengarnya seperti terhipnotis, terlena, dan terpukau.

Di Wuhan ini, burung-burung hidup bebas dan berinteraksi sangat dekat dengan manusia. Bahkan sangat banyak burung terlihat bermain dan mencari makan di perumahan penduduk. Mereka bagai tak takut ditangkap karena memang selama ini hampir tak ada warga Wuhan yang tega menangkap burung dari alam bebas untuk kemudian mereka kurung dengan merenggut kebebasan mereka.

Kebahagiaan bagi burung ialah saat bisa terbang ke mana-mana dan bisa menari juga bernyanyi sesuka hati tanpa gangguan manusia ataupun makhluk lainnya. Salah satu jenis burung yang paling banyak di Wuhan ini adalah kucica kampung atau lebih dikenal dengan burung kacer. Orang Aceh menyebut burung bertubuh gempal ini dengan cicempala.

Kucica kampung adalah salah satu jenis burung pengicau kecil yang sebelumnya dikelompokkan sebagai anggota keluarga Turdidae (murai). Tapi kini kacer dianggap sebagai anggota keluarga Muscicapidae. Burung ini berwarna hitam dan putih dengan ekor yang panjang. Banyak ditemukan di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia burung ini mulai langka karena penangkapan yang berlebihan untuk dipelihara. 

Burung kacer terbilang sangat aktif mencari makan. Mulai dari pohon kelapa, randu, pisang, hingga ke ranting pohon kering. Burung ini terlihat sendiri, tapi akan selalu bersama pasangannya pada saat musim kawin. Tidak hanya kacer yang sangat banyak di sini, tapi juga banyak jenis burung lainnya yang masih bisa hidup bebas terbang ke sana-kemari sebagai burung seutuhnya, tanpa gangguan manusia. Warga Tiongkok seperti tidak tertarik menjadikan burung-burung yang indah ini berada di dalam sangkar indah mereka. Mereka justru lebih ingin burung tersebut terbang bebas di alam terbuka yang bisa mereka saksikan setiap hari saat mereka berjalan ke mana saja. 

Kerindangan pohon-pohon besar dan kecil salah satu alasan mengapa burung kacer ini menjadi betah dan menetap di pohon-pohon yang tumbuh sangat baik dan sangat dijaga oleh Pemerintah Tiongkok. Penguasa di sini sangat serius melakukan penghijauan. Program ini jelas bukan cuma manusia yang mengambil manfaatnya, tetapi juga sangat bermanfaat bagi alam dan binatang lainnya yang memilih hidup di antara perumahan warga.

Kepedulian dan perhatiaan yang diberikan oleh masyarakat dengan tidak menangkap burung-burung tersebut membuat suasana tempat tinggal masyarakat Tiongkok lebih hidup dan indah. Semoga sisi baik rakyat Tiongkok ini bisa kita contoh dan kita aplikasikan dalam kehidupan kita di Aceh dengan tidak sewenang-wenang menangkap burung di sekitar kita, lalu memasung kebebasan mereka di dalam sangkar (cintra). Dikurung di sangkar emas sekalipun, bagi burung-burung tersebut, hidup di alam bebas jauh lebih nikmat dan bermartabat.

*Helmi Suardi, Alumnus MIN Seuneubok Padang Kec. Teunom Aceh Jaya, Penerima Beasiswa China Scholarchip Council ( CSC ) sedang ikut Program Magister di Huazhong University of Science and Technology
 


Pernah diposting di Serambi Indonesia
Dan juga di posting di Lintasgayo.co “Mengintip Kucica Kampung di Alam Bebas Kota Wuhan”


Xi’an, Kota Tua yang Kaya akan Sejarah

http://akhishabir.blogspot.com/
Saaat liburan musim dingin tiba, saya bersama sahabat berinisiatif membulatkan tekad untuk sebuah perjalanan yaitu untuk dapat mengunjungi kota-kota dimana penuh dengan sejarah Islam dan keindahan akan bangunan-bangunan yang sudah di bangun ribuan tahun lalu dan masih terjaga sampai sekarang ini.

Tidak afdhal rasanya kita sebagai muslim jika sudah bermukim di China ( Tiongkok) dalam jangka waktu yang sedikit lama tidak dapat mengunjungi kota dimana kota pertama masuknya Islam yang kaya akan sejarah ini.

Situs-situs sejarah peninggalan zaman kerajaan yang masih utuh dan berdiri kokoh di kota Xi’an menjadi hal yang sangat menarik untuk kita kunjungi dan menambah lengkapnya mozaik wisata di kota penuh sejarah ini.

Negara China yang penduduknya lebih dominan tidak memiliki keyakinan atau atheisme, namun Islam semakin eksis di tengah-tengah belantara yang penduduknya yang komunis. Walaupun China ini berpemahaman atheis yg lebih di kenal oleh masyarakat luas namun Islam berkembang di dalamnya, sebagian besar terkonsentrasi di, Xinjiang, Ningxia, Gansu, Qinghai dan khususnya Xi’an yang sudah sayadi kunjungi ini juga menyebar di daerah-daerah lain. Dan berharap lebih banyak untuk bisa menjelajahi dan tau lebih banyak lagi tentang perkembangan Islam di negeri Minoritas Muslim ini yang berada di kota-kota lain.

Kota Xi'an merupakan ibukota dari provinsi Shaanxi di negara Republik Rakyat Tiongkok. Kota Xi'an merupakan kota tujuan kami pada liburan musim dingin ini. Kami berkunjung ke kota tersebut karena banyak cerita menarik dari masyarakatnya, kami tiba di Kota Xi'an pada pagi hari setelah melakukan perjalanan selama 13 jam melalui jalur darat dari Kota Wuhan menuju Kota Xi'an, kami menggunakan transportasi kereta api. Dalam jangka waktu dua hari kami memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk bisa mengunjungi lebih banyak tempat dimana akan banyak sejarahnya.

Sesampai di sana, saya langsung terlihat sebuah dinding besar tembok besar atau lebih di kenal dengan City Wall yang terbentang di Kota Xi’an, yang  hampir sama halnya dengan Tembok Besar atau bahasa kerennya ialah Great Wall yang ada di pusat Ibukota yaitu di Beijing. Dan ini membuat saya semakin bersemangat untuk memulai sebuah pertualangan.

Dalam perjalanan kami, lirikan mata dan buah bibir orang-orang China tertuju pada kami di karenakan kami terlihat asing bagi mereka apalagi teman kami menggunakan Jilbab, bahkan ada yang bertanya langsung kepada kami dari mana datangnya untuk menghilangkan rasa penasarannya diri mereka terhadap kami.

Berkunjung ke Kota Xi’an tanpa mengunjungi masjidnya tentu saja terasa tidak lengkap karena disanalah jantung kampung Muslim yang sesungguhnya. Masjid tersebut berada di tengah kawasan, yang mana untuk menuju kesana kita mesti melewati lorong-lorong di antara toko-toko penjual pernak pernik, cindera mata dan pakaian juga makanan.

Salah satu yang tergambarkan dipikiran oleh kita ialah setiap Mesjid itu berkubah besar dan khas Arabnya, namun berbeda dengan di China Khususnya Kota Xi’an. Keindahan Masjid tertua di Negara China dengan mengkombinasikan gaya arsitektur China dan Arab, Kota Xi'an adalah bukti sejarah bekembangnya umat musim di China. Masjid ini memiliki arsitektur seperti seperti kuil tradisional China, dengan banyak halaman dan pagoda. Namun semakin ke dalam, akan semakin terasa nuansa islaminya, berupa hiasan kaligrafi Arab dan China.

Keindahan dan kebersihan Kota Tua ini membuat terkagum-kagum dan mata dimanja oleh keunikannya juga ke klasikan bangunan yang masih terjaga seperti sediakalanya. Kini Kota Xi’an telah menjadi kota megapolitan di China, namun berbagai peninggalan sejarah kota yang pernah menjadi ibu Kota kerajaan China kuno tersebut dapat dengan mudah dijumpai karena tetap dilestarikan dan dirawat dengan baik.

Kota Xia’an adalah salah satu kota yang  berada di China yang patut dikunjungi. Bukan saja karena keindahan bangunan tua yang masih terjaga keutuhannya alamnya saja, tapi kota ini memiliki sejarah Islam yang harus kita ketahui.

Berbeda dengan Wuhan tempat saya bermukinm saat ini, yaitu Masjid di Wuhan jauh lebih sedikit daripada Kota Xi’an. Wuhan memiliki lebih kurang empat masjid yang berdiri di Kota Wuhan Provinsi Hubei ini dan menariknya Xi’an memiliki dua puluhan lebih masjid seperti yang di katakan oleh salah seorang muslim di Kota Xi’an yang bernama Musa Abdullah, dan ini membuat kami sangat mudah untuk beribadah dan terasa di kampung sendiri.

Hal yang tak kalah penting dari kita sebagai seorang Muslim ialah untuk bisa hidup dengan tenang baik itu dalam beribadah maupun dalam perkara makanan halal. Maka dari itu, Kota Xi’an adalah satu tempatnya yang terbilang cukup nyaman bagi kita sebagai Muslim merasa lebih dekat dengan Kota Xi’an seperti halnya daerah kita sendiri.

Kami cukup senang berada di Kota Xi'an kami bisa menikmati makanan halal dan beribadah bisa di Masjid. Untuk jenis makanan disini adalah mie, roti, sate kambing dan juga jenis makanan lainnya yang pastinya Halal dikonsumsi untuk kita sebagai seorang Muslim, namun kebanyakan warung-warung di sana cuma sedikit yang menyediakan yang menyediakan makanan jenis nasi yang menjadi makanan pokok kita sebagai orang Aceh khususnya.


*Helmi Suardi, Alumnus Pesantren Tgk. Chiek Eumpe Awee Montasik Aceh Besar, Penerima Beasiswa China Scholarchip Council ( CSC ) sedang ikut Program Magister di Huazhong University of Science and Technology, Tiongkok.

#Pernah diposting di website http://portalsatu.com/read/Citizen-Reporter/xian-kota-klasik-yang-kaya-akan-sejarah-8447

Hangatnya Keakraban Muslim di Tiongkok

SUDAH lima bulan saya berada di Cina (Tiongkok), tepatnya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, untuk melanjutkan studi. Seiring perjalanan waktu, semakin banyak muslim yang saya kenali di sini, baik itu muslim lokal maupun pendatang. Pendeknya, dalam keseharian saya tak merasa kesulitan untuk menjumpai orang-orang muslim lainnya.

Khusus di provinsi tempat saya bermukim kini kebanyakan muslimnya adalah pendatang dari daerah-daerah lain di Cina seperti Xinjiang, Qinghai, dan dari daerah lainnya. Muslim yang datang ke Provinsi Hubei umumnya berjualan, membuka warung nasi atau makanan jenis roti. Mereka cukup ramah dan akrab dengan kita yang seiman dan seagama. Sapaan assala’mualaikum yang fasih kerap terucap dari mereka untuk kita yang baru datang di tempatnya. Itu salah satu tanda hormat dan sikap welcame mereka kepada muslim pendatang.

Mereka juga tidak lupa mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan sambutan hangat. Muslim-muslim di Tiongkok ini dalam pergaulan dan persaudaraan antarsesama muslim sangatlah ramah dan terbuka.Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ukhuwah islamiah dan ukhuwah albasyariyyah membuat mereka begitu hangat menyambut muslim pendatang. 

Sejauh yang saya amati beberapa bulan ini, orang Tiongkok yang muslim dan bermukim di Cina begitu mencintai muslim lainnya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Hal ini mereka realisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan berusaha menolong dan berbagi jika kami sebagai perantau mendapat kesulitan. Sikap ini timbul karena mereka merasakan adanya persamaan antara dirinya dan saudaranya yang seiman. Pernah suatu ketika saya dan kawan pulang kemalaman dan kami belum makan malam meski sudah pukul 11 saat itu. Lalu kami berjalan ke warung muslim untuk makan malam. Setelah kami siap makan, si pemilik warung menawarkan diri untuk mengantarkan kami ke apartemen. Alasannya waktu itu adalah karena pukul 10 malam bus-bus kecil yang beroperasi di dalam kampus sudah tak lagi beroperasi, maka kami pun diantar pulang sampai ke depan apartemen yang kami tempati. Ini bukan hal yang biasa.

Di lain waktu, saat malam-malam libur biasanya ada saja muslim tempatan yang datang ke kamar kami untuk bertamu dengan tidak lupa membawa buah tangan seperti minuman dan makanan ringan. Di kamar kami sering diskusi atau saling share masalah agama Islam. Keakraban terasa bukan hanya saat di luar saja, tetapi juga saat berjumpa di masjid, di tempat makan, dan di jalan. Suatu ketika saya berjalan kaki selepas shalat Jumat, lalu seorang teman muslim Tiongkok langsung menawarkan jasa untuk pergi jalan bersamanya dengan sepeda motornya. Saya akhirnya pergi ikut dia dan bercerita banyak dengannya.

Kami juga suka berbagi cerita dan melawak untuk membuat suasana makin akrab dan harmonis. Di rantau tidaklah begitu sulit untuk mendapatkan kawan dan sahabat asalkan kita ramah dan suka membantu. Itulah modal utama saya dalam mencari teman. Persahabatan selalu memberikan kita hal-hal yang menarik dan menyenangkan. Dengan mudahnya transportasi dan murah, pada hari Jumat biasanya saya bersama teman lebih memilih untuk pergi mencari masjid-masjid baru yang belum pernah kami kunjungi. Caranya adalah dengan memanfaatkan kecanggihan smartphone. Kami suka mencari suasana-suasana baru di mana kami akan tahu banyak tentang perkembangan keislaman di Negeri Panda ini.

Kedekatan dan keakraban ini sering kali terjadi pada saat perjumpaan kami dengan muslim-muslim di Tiongkok, baik yang sudah kenal maupun yang baru kenal. Salah satu yang membuat saya salut tentang muslim-muslim Tiongkok ini ialah kesetiaan, kejujuran, dan keramahan mereka. Semangat persaudaraan di antara sesama muslim yang begitu kuat, sekalipun itu di Tiongkok, semakin menunjukkan bahwa sesama muslim itu memang bersaudara. 

*HELMI SUARDI, alumnus Fakulats Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, sedang kuliah Program Magister di Huazhong University of Science and Technology, Tiongkok
 

Pernah diposting di Serambi Indinesia  
http://aceh.tribunnews.com/2016/01/27/hangatnya-keakraban-muslim-di-tiongkok