Foto: Keindahan Kota Prajurit Terakota


http://akhishabir.blogspot.com/
Xi'an adalah ibu kota dari Provinsi Shaanxi di Republik Rakyat Tiongkok dan juga sebuah kota sub-provinsial. Sebagai salah satu kota tertua di Tiongkok, Xi'an adalah salah satu dari empat ibu kota kuno Tiongkok. Kota ini telah menjadi pusat pemerintahan banyak dinasti-dinasti Tiongkok yang paling berpengaruh, seperti Zhou, Qin, Han, Sui, dan Tang.

Xi'an adalah titik paling timur dari Jalan Sutra dan dikenal sebagai situs bersejarah Prajurit Terakota dari masa Dinasti Qin. Kota Xi'an memiliki sejarah lebih dari 3.100 tahun dan dikenal sebagai Chang'an sebelum era Dinasti Ming.

Sejak tahun 1990-an, sebagai bagian dari tonggak kebangkitan ekonomi pedalaman Tiongkok terutama untuk wilayah tengah dan barat laut, kota Xi'an telah bertumbuh sebagai pusat budaya, industri dan pendidikan yang penting, dengan berbagai fasilitas pengembangan dan penelitian untuk ilmu pengetahuan, militer dan program antariksa Tiongkok.[] Teks: Wikipedia, Foto: Helmi Suardi

Untuk melihat bagian perjalanan saya, ini foto-fotonya langsung di website:
http://portalsatu.com/read/Citizen-Reporter/foto-keindahan-kota-prajurit-terakota-8449

Cara Rakyat Tiongkok Melakukan Penghijauan

Pohon, kata yang tak asing lagi di telinga kita, terkadang di tengah panasnya terik matahari kita selalu berlindung di bawahnya. Semua orang pasti tahu apa arti penting pohon bagi dunia dan bagi kehidupan kita, akan tetapi berapa banyak orang yang sadar apa sih sebenarnya arti pohon bagi kehidupan kita?

Memberi oksigen, mencegah banjir, mencegah longsor dan sebagainya, saat semua tau bahwa pohon itu pemberi oksigen bagi kita. Masih banyak juga yang menebangnya dan kadang membakar populasi hutan, kita semua tau bahwa pohon dapat mencegah banjir tetapi masih banyak juga pohon yang mengaliri sungai-sungai kita.

Semua tahu bahwa pohon bisa mencegah longsor tetapi masih banyak juga yang cuek terhadap kegunaan pohon di pinggiran sungai dan tebing. Bahkan baru-baru ini ada yang tega membakar hutan yang luas hanya untuk kepentingan pribadinya. Dan juga hebohnya penemuan batu cincin pada tahun 2014 lalu khususnya Aceh khususnya, untuk memperoleh pundi-pundi rupiah dengan cara pengambilannya tidah ramah terhadap alam alias mengabaikan hakikat alam yang sesungguhnya, dengan cara digali dan cara lainnya sehingga membuat pohon tumbang dan sunga-sungai menjadi abrasi dikarenakan kehilangan keseimbangan dan alampun menjadi hancur dikarenakan keserakahan kita.

Namun berbeda dengan negara yang satu ini, mereka begitu menjaga keindahan dan menghargai setiap batang pohon yang ada. Satu batang pohon sangat berarti bagi warga negara Tiongkok atau negara yang dijuluki negara Tembok.

Tiongkok merupakan salah satu negara dengan keindahan dan keklasikan rumah-rumah Cina yang masih terjaga ribuan tahun lalu lamanya terkenal di dunia. Rakyat Tiongkok terus berbenah dengan cepat dan pasti dalam membangun negaranya berharap generasi masa depan dapat menikmati keindahan dan kenyamanan di negeri sendiri. Hanya melalui inisiatif untuk melestarikan hutan, keanekaragaman satwa, air, energi, udara bersih, serta solusi ramah lingkungan di seluruh sektor usaha, keindahan Negara Tembok Raksasa ini dapat terjaga. Tiap langkah sangatlah berarti, sama seperti setiap bibit sangatlah berarti.

Salah satu yang unik dan penuh perhatian yang dilakukan oleh rakyat Tiongkok ini untuk menjaga pohon tersebut agar tetap tumbuh ialah, dengan melilitkan tali serupa tali pelepah pisang yang sudah kering yang sebelumnya sudah terbuat rapi seperti tali asli dan juga ada jenis lainnya sampai dua sampai tiga meter ke atas tergantung besarnya pohon.

Dalam penghijauan ini satu lagi yang sangat salut kita kepada mereka ialah, mereka rela menghancurkan gedung-gedung tua yang sebenarnya masih bisa dipergunakan demi sebuah taman dan pemandangan yang baik bagi manusia dan alam. Dalam hitungan haripun bangunan tua telah tersulap menjadi sebuah taman yang penuh dengan penanaman pohon yang nan indah. Wajar saja mereka melakukan hal tersebut karena saat ini ekonomi mereka sedang berkembang di negara Asia dan bisa kita katakan adalah salah satu macan di Asia.

Musim dingin merupakan satu musim yang bisa saja turun salju khususnya di kota Wuhan. Wuhan yang berada di provinsi Hubei ini berada di tengah-tengah antara utara dan selatan tentu saja membuat tanaman yang golongan kecil seperti rumput, bunga, dan jenis lainnya tidak mau mati dikeranakan es, maka meraka pun menutupi dengan kertas plastik yang panjang melebar agar tanaman tersebut tetap tumbuh dan terjaga.

Walau negara yang julukan Tembok Raksasa ini sedang melakukan pembangunan besar-besaran khususnya di kota Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok ini tetap menjaga kelestarian alam dan kebersihan lingkungan. Pemerintah Tiongkok nampak sangat serius menunjukkan dukungan dan perhatiannya terhadap lingkungan dan mahluk hidup dengan melakukan program penanaman pohon di area yang telah ditentukan.

Aksi penanaman pohon ini dikerjakan dengan sangat serius baik itu dari segi tanggung jawab ekonomi maupun tanggung jawab manusia itu sendiri. Pohon tertanam dengan rapi dan lingkungan yang terciptapun sangat bersih dan sangat enak dipandang mata juga merasa nyaman berada di dalamnya.

Jika kita peduli pada alam maka alampun memberikan manfaat yang sangat luar biasa pada yang menjaganya. Semoga kita juga bisa terus berbenah mulai dari yang kecil dengan tidak menebang pohon sembarangan dan menjaganya terus tumbuh. Sekiranya tak mampu menanam setidaknya tidaklah merusak yang telah ada yang bisa memberikan manfaat untuk manusia di seluruh muka bumi. 

*Helmi Suardi, Mahasiswa asal Seuneubok Padang, Teunom A. Jaya, penerima Beasiswa China Scholarship Council pada Program Master of Education di Huazhong University of Science and Technology, Tiongkok

Pernah diposting di Portalsatu.com

Mengintip Cicempala di Alam Bebas Wuhan

SEBAGAI seorang pencinta alam, tentu saja saya merasa nyaman dan senang melihat perkembangan Tiongkok atau Cina, negara padat penduduk dan sedang maju pembangunannya, tapi sangat mempedulikan alam sekitarnya.

Pemerintah setempat sangat memperhatikan lingkungan hijau dan membiarkan burung-burung hidup bebas di tengah-tengah kota yang sedang berkembang ini. Setiap hari terdengar kicau dan siulan aneka burung di sana-sini. Sungguh membuat hati saya senang dan bahagia. Burung-burung yang bersiul merdu membuat manusia yang mendengarnya seperti terhipnotis, terlena, dan terpukau.

Di Wuhan ini, burung-burung hidup bebas dan berinteraksi sangat dekat dengan manusia. Bahkan sangat banyak burung terlihat bermain dan mencari makan di perumahan penduduk. Mereka bagai tak takut ditangkap karena memang selama ini hampir tak ada warga Wuhan yang tega menangkap burung dari alam bebas untuk kemudian mereka kurung dengan merenggut kebebasan mereka.

Kebahagiaan bagi burung ialah saat bisa terbang ke mana-mana dan bisa menari juga bernyanyi sesuka hati tanpa gangguan manusia ataupun makhluk lainnya. Salah satu jenis burung yang paling banyak di Wuhan ini adalah kucica kampung atau lebih dikenal dengan burung kacer. Orang Aceh menyebut burung bertubuh gempal ini dengan cicempala.

Kucica kampung adalah salah satu jenis burung pengicau kecil yang sebelumnya dikelompokkan sebagai anggota keluarga Turdidae (murai). Tapi kini kacer dianggap sebagai anggota keluarga Muscicapidae. Burung ini berwarna hitam dan putih dengan ekor yang panjang. Banyak ditemukan di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia burung ini mulai langka karena penangkapan yang berlebihan untuk dipelihara. 

Burung kacer terbilang sangat aktif mencari makan. Mulai dari pohon kelapa, randu, pisang, hingga ke ranting pohon kering. Burung ini terlihat sendiri, tapi akan selalu bersama pasangannya pada saat musim kawin. Tidak hanya kacer yang sangat banyak di sini, tapi juga banyak jenis burung lainnya yang masih bisa hidup bebas terbang ke sana-kemari sebagai burung seutuhnya, tanpa gangguan manusia. Warga Tiongkok seperti tidak tertarik menjadikan burung-burung yang indah ini berada di dalam sangkar indah mereka. Mereka justru lebih ingin burung tersebut terbang bebas di alam terbuka yang bisa mereka saksikan setiap hari saat mereka berjalan ke mana saja. 

Kerindangan pohon-pohon besar dan kecil salah satu alasan mengapa burung kacer ini menjadi betah dan menetap di pohon-pohon yang tumbuh sangat baik dan sangat dijaga oleh Pemerintah Tiongkok. Penguasa di sini sangat serius melakukan penghijauan. Program ini jelas bukan cuma manusia yang mengambil manfaatnya, tetapi juga sangat bermanfaat bagi alam dan binatang lainnya yang memilih hidup di antara perumahan warga.

Kepedulian dan perhatiaan yang diberikan oleh masyarakat dengan tidak menangkap burung-burung tersebut membuat suasana tempat tinggal masyarakat Tiongkok lebih hidup dan indah. Semoga sisi baik rakyat Tiongkok ini bisa kita contoh dan kita aplikasikan dalam kehidupan kita di Aceh dengan tidak sewenang-wenang menangkap burung di sekitar kita, lalu memasung kebebasan mereka di dalam sangkar (cintra). Dikurung di sangkar emas sekalipun, bagi burung-burung tersebut, hidup di alam bebas jauh lebih nikmat dan bermartabat.

*Helmi Suardi, Alumnus MIN Seuneubok Padang Kec. Teunom Aceh Jaya, Penerima Beasiswa China Scholarchip Council ( CSC ) sedang ikut Program Magister di Huazhong University of Science and Technology
 


Pernah diposting di Serambi Indonesia
Dan juga di posting di Lintasgayo.co “Mengintip Kucica Kampung di Alam Bebas Kota Wuhan”