Pasang Live Traffic Feed di Blog

Pasang Live Traffic Feed di Blog

Jika Anda ingin menampilkan siapa saja pengunjung web Anda secara live di web, Anda bisa memasang fitur Free Live Traffic Feed.
Cara membuat fitur Free Live Traffic Feed :
1. Buka web http://feedjit.com/freeLiveTrafficFeed/
2. Isi data-data Anda (Nama, Negara dan Email anda).
3. Klik tombol Get your Traffic Feed!
4. Lihat bagian Select a color scheme dan klik pada Click to select, untuk memilih template Live Traffic Feed Anda.
5. Geser panah ke kiri atau kanan pada bagian Select widget width (pixels), atau ketik langsung pada kotak inputan yang tersedia untuk mengatur lebar template Live Traffic Feed Anda.
6. Pada bagian Install Feedjit on my, pilih/klik Other blog or website.
7. Klik tombol Go!, kemudian akan ditampilkan kode / scriptnya pada kotak berjudul “Cut and paste the code below into your blog’s sidebar template“.
8. Klik pada kode / script dan Copy (CTRL+C) kode / script tsb dan lanjutkan dengan Cara memasang fitur Free Live Traffic Feed pada website anda.

Cara memasang fitur Free Live Traffic Feed pada website Anda :
1. Login ke menu Administrator Website Anda.
2. Pilih menu Desain – Widget.
3. klik Tambah pada widget Teks atau HTML (java script).
4. Paste-kan (CTRL+V) kode /script Free Live Traffic Feed di text box.
5. Jika sudah selesai Jangan lupa untuk menyimpan penambahan widget Teks dengan menekan tombol Simpan Perubahan di bagian kolom kanan bawah.
KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI

KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi mempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan kita, penting juga kiranya bagi mereka yang tidak bermaksud memperdalam diri dalam disiplin ilmu ini sekadar mengetahui fakta- fakta pada dasarnya. Pelajaran psikologi dapat memberikan pengertian yang lebih baiktentang sebab- sebab mengapa, misalnya, orang berfikir dan mereka bertindak seperti yang mereka lakukan, dan memberikan pandangan untuk menilai sikap dan reaksi yang anda lakukan sendiri.
Singkatnya, psikologi penting bagi mereka yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan besama orang lain. Psikologi dibutuhkan dan dipelajari oleh mereka, yang dalam tugas dan jabatannya bekerjabersama orang lain. Itulah inti kegunaan psikologi.
Kegunaan kini justru dianggap penting. Belum pernah dalam sejarah kegunaan begitu di utamakanseperti era kita sekarang ini. “ Berguna “ sering disamakan dengan  “ Bernilai “ begitu saja[1]





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Secara umum kepribadian adalah seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor temperamen, karakter,dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh factor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmanias.
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah laku social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut[2]
a)      Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
b)      M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
c)       Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
d)      Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Pada hakikatnya , kepribadian dapat mencakup semua aspek perkembangan , seperti perkembangan fisik, motorik, mental, social, moral, tetapi melebuhi penjumlahan semua aspek perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang. Ini disebut integrasi, integrasi dari pola- pola kepribadian yang di bentuk oleh seseorang. Dan pembentukan pola kepribadian ini terjadi melalui proses interaksi dalam dirinya sendiri, dengan pengaruh- pengaruh lingkungan luar.

B.     Proses Perkembangan Kepribadian
Carl Gustaf  Jung (1875- 1961 ) mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi merupakan suatu dinamika dan proses evolusi yang terjadi sepanjang hidup. Individu seara continue berkembang dan belajar ketrampilan baru serta bergerak menuju realisasi diri.[3]
Pada dassarnya, jung tidak menerima pandangan Frued bahwa kepridian individu relative berhenti dengan berakhirnya masa kecil. Jung juga menolak konsep Frued bahwa kejadian masa lalu menentukan prilaku seseorang. Bagi Jung, prilaku individu ditentukan bukan hanya oleh pengalaman masa lalu, melainkan juga oleh tujuan masa depan.   

C.    Tipe- tipe Kepribadian
Pada  dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Penelitian mengenai kepribadian manusia sudah dilakukan para ahli sejak dulu kala. Kita mengenal Hippocrates dan Galenus ( 400 SM dan 175 M ) yang mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.
1)      Melancholicus ( melankolisi ) , yaitu orang- orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang- orang tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
2)      Sanguinicus ( sanguinisi ), yakni orang- orang yang banyak darahnya, sehingga orang yang bertipe ini selalu menunjukkan wajah yang berseri- seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.
3)      Flegmatikus ( flematisi ), yaitu orang- orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4)      Cholericus ( kolerisi ) yakni yang banyak empedunya kuningnya. Orang bertipe ini tubuyh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri,sifatnya garang dan agresif
Edward Spranger, ahli ilmu jiwa dari Jerman, mencoba mengadakan penyelidikan kepribadian manusia dengan cara lain. Ia mengadakan penggolongan tipe manusia berdasarkan sikap manusia itu terhadap nilai kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut , ia membagi kepribadian manusia menjadi enam golongan atau tipe.
a.         Manusia politik: Orang bertipe politik memiliki sifat menguasai orang lain.
b.         Manusia ekonomi: Suka bekerja mencari untung merupakan sifat- sifat yang dominan pada tipe orang ini.
c.         Manusia social: Orang bertipe social memiliki sifat suka mengabdi dan berkorban untuk orang lain.
d.        Manusia seni: Jiwa orang yang bertipe seni selalu dipengaruhi oleh nilai- nilai keindahan.
e.         Manusia agama: Bagi mereka, yang lebih penting dalam hidup ialah mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f.         Manusia teori: Sifat- sifat tipe manusia ini, antara lain suka berfikir, berfilsafat, dan mengabdi pada ilmu.

D.    Analisis Tingkah Laku
Walaupun telah mempunyai alat yang tepat untukmenilai aspek jasmaniahdaripada manusia, namun ahli- ahli psikologi konstitusional harus membuat atau meminjammetode lain untuk menilai tingkah laku apabila dia akan benar- benar menyelidiki hubungan antara jasmani dan tingkah laku atau kepribadian.
Pribadi itu terdiri dari bagian- bagian, bagian itu masing- masing ialah suatu kesatuan yang bulat, yang semuanya bekerja dengan organis. Karna itu person adalah struktu dari struktur,sebagai berikut sebagian tampak samar- samar, kurang jelas batas- batasnya, dengan inilah person mempunyai kemampuan untuk menyusuaikan diri dengan keadaan.[4]

E.     Faktor- factor yang membentuk Kepribadian
1)      Faktor keturunan
Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian seseorang. Beberapa factor biologis yang penting seperti system syaraf, watak, seksual dan kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit tertentu. [5]
2)      Faktor lingkungan fisik (geografis)
Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau topografi setempat, serta sumber-sumber alam, Faktor lingkungan fisik (geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada masing-masing masyarakat.

3)      Faktor lingkungan social
1)      Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan dengan orangtua dan saudaranya
2) Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
4)      Faktor kebudayaan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang misalnya kebudayaan di daerah pantai, pegunungang, kebudayaan petani, kebudayaan kota.
5)      Kebudayaan dan Pengaruhnya terhadap kepribadian
Ciri-ciri dan unsur-unsur kepribadian seseorang individu dewasa sebenarnya sudah tertanam ke dalam jiwa seseorang anak sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak melalui proses sosialisasi.
Sebetulnya , banyak factor yang berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dalam hubungan pengaruh mempengaruhi, terlihat bahwa anak dalam perkembangan dirinya memperlihatkan sifat- sifat yang tertuju pada lingkungan. Lingkungan memperlihatkan sifat tersebut dan memperlihatkan reaksi yang dibentuk atas dasar sifat- sifat, penampilan anak dan pengolahan lingkungan itu.
Menurut Hall dan Lindzey ( 1993 ), perkembangan berlangsung menurut tiga dimensi kepribadian.[6]
1.      Dalam dimensi vertical,
Orang berkembang dari posisi tengah pada skala kearah luar dan juga kedam. Ia mengembangkan kebutuhan yang lebih dalam dan lebih menyeluruh serta pola tingkah laku yang lebih terinci untuk memuaskan kebutuhannya.
2.      Dalam dimensi progresif
Perkembangan berari meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Ia mencapaitujuanya yang lebih langsung dan dengan lebih sedikit gerakan sia- sia.
3.      Dalam dimensi transfers
Pertumbuhan mengakibatkan koordinasi yang lebih baikdan keluesan bertingkah laku yang lebih besar. Perkembangan yang harmonis pada ketiga dimensi tersebutakan memperkaya dan akan memperluas kepribadian.





BAB III
KESIMPULAN

Setiap kebudayaan memberikan pengalaman terhadap kepribadian tiap – tiap individu yang tumbuh di daerahnya dan pengalaman masyarakat atau kebudayaak akan membentuk ssuatu metode kepribasian / karakter seseorang dalam bermasyarakat.
Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang. Ini disebut integrasi, integrasi dari pola- pola kepribadian yang di bentuk oleh seseorang. Dan pembentukan pola kepribadian ini terjadi melalui proses interaksi dalam dirinya sendiri, dengan pengaruh- pengaruh.
Individu seara continue berkembang dan belajar ketrampilan baru serta bergerak menuju realisasi diri.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka cipta, Jakarta, 2009
Iwan Dharmawan, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Pustaka Setia, Bandung, 2003

http://id.shvoong.com/social-sciences



[1] Iwan Dharmawan, Psikologi Umum dalam Lintasan sejarah, hal. 5
[2] http://www.yousaytoo.com/pengertian-kepribadian/166117
[3] Iwan Dharmawan, Psikologi Umum dalam Lintasan sejarah, hal. 312
[4] Abu Ahmadi, psikologi umum, hal. 230-231
[5] http://id.shvoong.com/social-sciences
[6] Iwan Dharmawan, Psikologi Umum dalam Lintasan sejarah, hal. 313
Sejarah dan Perkembangangan Ilmu Kalam

Sejarah dan Perkembangangan Ilmu Kalam


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang
           
Mengkaji ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi yang dimiliki setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun potensi psikologis yang secara natural adalah distingtif.oleh sebab itu, perbedaan kesimpulan antara satu pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu objek tertentu merupakan suatu hal yang bersifat natural pula.
            Dalam kaitan ini, waliyullah Ad-Dahlawi pernah mengatakan bahwa para sahabat dan tabi’in biasa berbeda pendapat dalam mengkaji suatu masalah tertentu. Beberapa indikasi yang menjadi pemicu perbedaan pendapat diantara mereka adalah terdapat beberapa sahabat yang mendengar ketentuan hukum yang diputuskan oleh Nabi SAW, semetara yang lainnya tidak. Sahabat yang tidak mendengar keputusan itu lalu mereka berijtihad. Dari sini kemudian terjadi perbedaan pendapat dalam memutuskan suatu ketentuan hukum.[1]
            Mengenai sebab-sebab pemicu perbedaan pendapat, Ad-Dahlawi tampaknya lebih menekankan aspek subjek pembuatan keputusan sebagai pemicu perbedaan pendapat. Penekanan serupa pun pernah dikatakan imam Munawir. Ia mengatakan bahwa perbedaan pendapat didalam islam lebih dilatarbelakangi adanya beberapa hal yang menyangkut kapasitas dan kredinilitas seorang sebagai figur pembuatan keputusan. Lain lagi yang dikatakan Umar Sulaiman Asy-Syaqar, ia lebih menekankan aspek objek keputusan sebagai pemicu terjadinya perbedaan pendapat. Menurutnya, ada tiga persoalan yang menjadi objek perbedaan pendapat, yaitu persoalan keyakinan (aqaid), persoalan syariah dan politik.[2]
            Bertolak dari ketiga pandangan diatas, perbedaan pendapat didalam masalah objek teologi sebenarnya berkaitan erat dengan cara berpikir aliran-aliran ilmu kalam dalam menguraikan objek pengkajian. Perbedaan metode berpikir secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu kerangka berpikir rasional dan berpikir metode tradisional.[3]

B. Rumusan masalah
             Berdasarkan latar belakang diatas, banyak persoalan atau permasalahan yang menarik yang perlu dikaji dari pembahasan tentang “Ilmu Kalam”. Adapun permasalahannya sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan ilmu kalam?
2.      Apa kegunaan dan peranan ilmu kalam dalam konteks agama dan kehidupan di dunia ini?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga timbulnya ilmu kalam baik faktor internal maupun eksternal?
4.      Bagaimana dampak untuk umat islam dengan adanya ilmu kalam baik dari segi positif maupun dari segi negatif?

C.Tujuan penulisan
            Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah supaya kita semua bisa mengetahui bagaimana pentingnya untuk mempelajari ilmu kalam karena kita tahu bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang mempelajari tentang pokok-pokok agama dan juga tentang keesaan Allah. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah SWT setidaknya harus sedikit mengetahui tentang ilmu kalam, supaya kita bisa menjalankan hidup ini sesuai dengan perintah dan larangan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.






BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu kalam.
           
Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain : ilmu ushuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-akbar dan teologi islam.[4]
  1. Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu kalam juga  membahas pokok-pokok agama.  
  2. .Disebut ilmu tauhid karena ilmu kalam juga membahas tentang keesaan Allah SWT. Ilmu tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah SWT, dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.[5] Oleh sebab itu sebagian teolog membedakan antara ilmu kalam dengan ilmu tauhid.
  3. Abu hanifah menyebut nama ilmu ini dengan fiqh al-akbar. Menurut persepsinya, hukum islam yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian. Pertama, fiqh al-akbar, yang membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu tauhid. Kedua fiqha al-asghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-pokok agama tetapi hanya cabang saja.[6]
  4. Teologi islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam yang diambil dari bahasa inggris. William L.Reese mendefinisikan  discourse of reason concerning God,”   (diskursus atau pemikiran tentang tuhan). Dengan mengutip kata-kata William Okham, Reese lebih jauh mengatakan “Theology to be a disciplineresting on revealed truth and independent of philosophy and science” ( teologi disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan ). Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional.

Jadi, apabila memperhatikan definisi ilmu kalam diatas, kita bisa mendefinisikan pengertian ilmu kalam itu adalah ilmu yang membahas atau ilmu yang mengandung tentang berbagai masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat. Dan secara teoristis aliran salaf tidak dapat dimasukkan kedalam aliran ilmu kalam, karena aliran ini dalam membahas masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan argumentasi filsafat atau logika. Akan tetapi alairan ini cukup dimasukkan kedalam aliran ilmu tauhid, ilmu ushuluddin atau fiqh al-akbar.

B.  Sejarah Munculnya Ilmu Kalam Mulai Masa Rasulullah, Khulafaurrasyidin,  Bani Umayyah, Bani Abbas, dan Sampai sekarang.
Pada masa Nabi SAW, dan para Khulafaurrasyidin, umat islam bersatu, mereka satu akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat dapat diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka. Awal mula adanya perselisihan di picu oleh Abdullah bin Saba’ (seorang yahudi) pada pemerintahan khalifah Utsman bin Affan dan berlanjut pada masa khalifah Ali. Dan awal mula adanya gejala timbulnya aliran-aliran adalah sejak kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah ke-3 setelah wafatnya Rasulullah). Padamasa itu di latar belakangi oleh kepentingan kelompok, yang mengarah terjadinya perselisihan sampai terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Kemudian digantikan oleh Ali bin Abi Thalib, padamasa itu perpecahan di tubuh umat islam terus berlanjut.[7]
Umat islam pada masa itu ada yang pro terhadap kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang menamakan dirinya kelompok syi’ah, dan yang kontra yang menamakan dirinya kelompok Khawarij. Akhirnya perpecahan memuncak kemudian terjadilah perang jamal yaitu perang antara Ali dengan Aisyah dan perang Siffin yaitu perang antara Ali dengan mu’awiyah. Bermula dari itulah akhirnya timbul berbagai aliran di kalangan umat islam, masing-masing kelompok juga terpecah belah, akhirnya jumlah aliran di kalangan umat islam menjadi banyak, seperti aliran syi’ah, khawarij, murji’ah, jabariyah, mu’tazilah dll.
Pada zaman Bani Umayyah ( 661-750 M ) masalah aqidah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah.Kaum Muslimin tidak bisa mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut.Namun sikap Mu’tazilah yang terlalu mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat controversial menyebabkan kaum tradisional tidak menyukainya.Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah Waljama’ah dengan Tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Pada zaman pemerintahan Bani Umaiyah, hampir-hampir keseluruhan umat Islam di dalam keimanan yang bersih dari sebarang pertikaian dan perdebatan. Dan apabila kaum muslimin selesai melakukan pembukaan negeri dan kedudukannya telahpun mantap, mereka beralih tumpuan kepada pembahasan sehingga menyebabkan berlaku perselisihan pendapat di kalangan mereka.
Pada zaman Abbasiyah, telah banyak berlaku pembahasan di dalam perkara-perkara akidah termasuk perkara-perkara yang tidak wujud pada zaman Nabi s.a.w. atau zaman para sahabatnya. Berlaku pembahasan tersebut dengan memberi penumpuan agar ia menjadi satu ilmu baru yang diberi nama Ilmu Kalam.
Setalah kaum muslimin selesai membuka negeri-negeri, lalu ramai dari kalangan penganut agama lain yang memeluk Islam. Mereka ini menzahirkan pemikiran-pemikiran baru yang diambil dari agama lama mereka tetapi diberi rupabentuk Islam. Iraq, khususnya di Basrah merupakan tempat segala agama dan aliran. Maka terjadilah perselisihan apabila ada satu golongan yang menafikan kemahuan (iradah) manusia. Kelompok ini diketuai oleh Jahm bin Safwan.[8] Dan antara pengikutnya ialah para pengikut aliran Jabbariyah yang diketuai oleh Ma'bad al-Juhni. Aliran ini lahir ditengah-tengah kecelaruan pemikiran dan asas yang dibentuk oleh setiap kelompok untuk diri mereka. Kemudian bangkitlah sekelompok orang yang ikhlas memberi penjelasan mengenai akidah-akidah kaum muslimin berdasarkan jalan yang ditempoh oleh al-Quran. Antara yang masyhur di kalangan mereka ialah Hasan al-Basri. Dan sebahagian dari kesan perselisihan antara Hasan al-Basri dengan muridnya Washil bin Atho' ialah lahirnya satu kelompok baru yang dikenali dengan Muaktazilah.[9] Perselisihan tersebut ialah mengenai hukum orang beriman yang mengerjakan dosa besar, kemudian mati sebelum sempat bertaubat.
Pada akhir kurun ketiga dan awal kurun keempat, lahirlah imam Abu Mansur al-Maturidi yang berusaha menolak golongan yang berakidah batil. Mereka membentuk aliran al-Maturidiah.[10]  Kemudian muncul pula Abul Hasan al-Asy'ari yang telah mengumumkan keluar dari kelompok Mu'tazilah dan menjelaskan asas-asas pegangan barunya yang bersesuaian dengan para ulamak dari kalangan fuqahak dan ahli hadis. Dia dan pengikutnya dikenal sebagai aliran Asya'irah. Dan dari dua kelompok ini, terbentuklah kelompok Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Dan kesimpulannya, kita dapat melihat bahawa kemunculan kelompok-kelompok di dalam Islam adalah kembali kepada dua perkara:
1. Perselisihan mengenai pemerintahan
2. Perselisihan di dalam masalah usul atau asas agama.

C. Tujuan Objek Pembahasan Ilmu Kalam.
Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang mengutamakan atau yang menggunakan logika disamping argumentasi-argumentasi naqliah, juga berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat nampak nilai-nilai apologinya. Sebagai sebuah dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang dipertahankan dengan argument-argumen rasional. Sebagian ilmuwan mengatakan bahwa ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan, kebenaran,praktek dan pelaksanaan ajaran agama, serta pendekatan agama yang dijelaskan dengan pendekatan  rasional.[11] Istilah Ilmu Kalam mengacu pada ulama yang membahas masalah-masalah “kalam” Allah. “Kalam Allah” memiliki tiga acuan. Pertama mengacu pada perkataan Allah yang diucapkan-Nya. Disebut ilmu kalam karena ilmu ini membahas masalah kalam Allah. Kedua, mengacu pada para Mutakallimin (ahli kalam) yang berdebat atau bertukar pikiran (kalam) mengenai masalah-masalah ketuhanan.Tujuan utama dari ilmu kalam adalah untuk menjelaskan landasan keimanan umat Islam dalam tatanan yang filosofis dan logis. Bagi orang yang beriman, bukti mengenai eksistensi dan segala hal yang menyangkut dengan Tuhan yang ada dalam al-Qur’an, Hadits, ucapan sahabat yang mendengar langsung perkataan Nabi dan lain sebaganya, sudah cukup. Namun tatkala masalah ini dihadapkan pada dunia yang lebih luas dan terbuka, maka dalil-dalil naqli tersebut tidak begitu berperan. Di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional.[12]

Ilmu kalam berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dari kepercayaan-kepercayaan yang diyakininya. Ilmu ini dinamakan ilmu kalam, karena :

1). Persoalan yang menjadi pembicaraan abad-abad permulaan hijrah ialah “firman Tuhan” (kalam Allah) dan non azalinya Qur’an. Karena itu keseluruhan isi ilmu kalam dinamai dengan salah sau bagiannya yang terpenting.
2). Dasar-dasar ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil-dalil ini nampak jelas dalam pembicaraan para mutakalamin. Mereka jarang-jarang kembali kepada dalil-dalil naqli (qur’an dan hadits), keculai sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan lebih dahulu.
3). Karena cara pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika dalam filsafat, maka pembuktian dalam soal-soal agama ini dinamai ilmu kalam untuk membedakan dengan logika dalam filsafat.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dalam Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Kalam.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Faktor internal :[13]
a). Al-Quran di dalam seruannya kepada tauhid membentangkan aliran-aliran penting dan agama-agama yang bertebaran pada zaman Nabi s.a.w., lalu al-Quran menolak perkataan-perkataan mereka. Secara tabi'I, para ulamak telah mengikut cara al-Quran di dalam menolak mereka yang bertentangan, di mana apabila penentang memperbaharui cara, maka kaum muslimin juga memperbaharui cara menolaknya.
.b). Perselisihan di dalam masalah politik menjadi sebab di dalam perselisihan mereka mengenai soal-soal keagamaan. Jadilah parti-parti politik tersebut sebagai satu aliran keagamaan yang mempunyai pandangannya sendiri. Parti (kelompok) Imam Ali r.a. membentuk golongan Syiah, dan manakala mereka yang tidak bersetuju dengan Tahkim dari kalangan Syiah telam membentuk kelompok Khawarij. Dan mereka yang membenci perselisihan yang berlaku di kalangan umat Islam telah membentuk golongan Murji'ah.:
c). Adanya pemahaman dalam islam yang berbeda
Perbedaan ini terdapat dalam hal pemahaman ayat Al-Qur’an, sehingga berbeda dalam menafsirkan pula. Mufasir satu menemukan penafsiranya berdasarkan hadist yang shahih, sementara mufasir yang lain penafsiranya belum menemukan hadist yang shahih. Bahkan ada yang mengeluarkan pendapatnya sendiri atau hanya mengandalkan rasional belaka tanpa merujuk kepada hadist.
d). Adanya pemahaman ayat Al-Qur’an yang berbeda Para pemimpin aliran pada waktu itu dalam mengambil dalil Al-Qur’an beristinbat menurut pemahaman masing-masing
e). Adanya penyerapan tentang hadis yang berbeda
Penyerapan hadist berbeda, ketika para sahabat menerima berita dari para perawinya dari aspek “matan” ada yang disebut hadist riwayah (asli dari Rasul) dan diroyah (redaksinya disusun oleh para sahabat), ada pula yang di pengaruhi oleh hadist (isra’iliyah), yaitu: hadist yang disusun oleh orang-orang yahudi dalam rangka mengacaukan islam.
f). Adanya kepentingan kelompok atau golongan Kepentingan kelompok pada umumnya mendominasi sebab timbulnya suatu aliran, sangat jelas, dimana syiah sangat berlebihan dalam mencintai dan memuji Ali bin Abi Thalib, sedangkan khawarij sebagai kelompok yang sebaliknya.
g). Mengedepankan akal
Dalam hal ini, akal di gunakan setiap keterkaitan dengan kalam sehingga terkesan berlebihan dalam penggunaan akal, seperti aliran Mu’tazilah.
h).Adanya kepentingan politik
Kepentingan ini bermula ketika ada kekacauan politik pada zaman Ustman bin Affan yang menyebabkan wafatnya beliau, kepentingan ini bertujuan sebagai sumber kekuasaan untuk menata kehidupan.
i). Adanya beda dalam kebudayaan
Orang islam masih mewarisi yang di lakukan oleh bangsa quraish di masa jahiliyah. Seperti menghalalkan kawin kontrak yang hal itu sebenarnya sudah di larang sejak zaman Rasulullah. Kemudian muncul lagi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib oleh aliran Syi’ah.
2. Faktor eksternal

a). Ramai orang yang memeluk agama Islam selepas pembukaan beberapa negeri adalah terdiri dari penganut agama lain seperti yahudi, Nasrani, Ateis dan lain-lain. Kadangkala mereka menzahirkan pemikiran-pemikiran agama lama mereka bersalutkan pakaian agama mereka yang baru (Islam).
b). Kelompok-kelompok Islam yang pertama, khususnya Muktazilah, perkara utama yang mereka tekankan ialah mempertahankan Islam dan menolak hujah mereka yang menentangnya. Negeri-negeri Islam terdedah dengan semua pemikiran-pemikiran ini dan setiap kelompok berusaha untuk membenarkan pendapatnya dan menyalahkan pendapat kelompok lain. Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah melengkapkan diri mereka dengan senjata ilmu Falsafah, lalu Muktazilah telah mempelajarinya agar mereka dapat mempertahankan Islam dengan senjata yang telah digunakan oleh pihak yang menyerang.
c). Ahli-ahli Kalam memerlukan falsafah dan mantiq (ilmu logik), hingga memaksa mereka untuk mempelajarinya supaya dapat menolak kebatilan-kebatilan (keraguan-keraguan) yang ada di dalam ilmu berkenaan.
d). Akibat adanya pengaruh dari luar islam.
Pengaruh ini terjadi ketika munculnya aliran syi’ah yang muncul karena propaganda seseorang yahudi yang mengaku islam, yaitu Abdullah bin Saba.
e). Akibat terjemahan filsafat yunani
Buku-buku karya filosofi yunani di samping banyak membawa manfaat juga ada sisi negatifnya bila di tangan kalangan yang tidak punya pondasi yang kuat tentang akidah dan syariat islam. Sehingga terdapat keinginan oleh umat islam untuk membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi islam.[14]


           


[1] Lihat waliyullah Ad-dahlawi, Al-Insaf fi bayyan asbab al-ikhtilaf, Dar An-Nafais, Beirut, 1978, hlm:15-30
[2] Umar Sulaiman Al-Asyaqar, Mengembalikan citra dan wibawa umat : perpecahan, akar masalah dan solusinya, wacana Lazuardi Amanah, Jakarta, hlm : 39-55
[3] Yunan Yusuf, Corak pemikiran kalam tafsir Al-azhar, Pustaka pajimas, Jakarta, hlm : 16-17
[4] Lihat Mustafa Abd Ar-raziq, Tamhid Al-falsafah Al-islamiyah, Lajnah wa At-tha’lif wa At-tarjamah wa An-nasyr, 1959, hlm : 265
[5] Raziq, op.cit., hlm : 264
[6] Ibid, hlm : 268
[7] Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran-aliran sejarah analisa perbandingan, UI- Press, Jakarta, hlm : 6
[8] W. Montgomery watt, Pemikiran teologi dan filsafati islam. Terj. Umar Basalim, penerbit P3M, Jakarta, 1987, hlm : 10
[9] Ibid,hlm : 8
[10] Ibid, hlm: 9
[11] Lihat Philip bob Cock Gove (ed), webster’s third new internasional dictionary of the English language uni bridged, G&C Mervian company publishers, USA, 1966, hlm : 2371
[12] Endang Saifuddin Ansari, Ilmu filsafat dan agama, PT. Bina ilmu Surabaya, 1990, hlm : 174
[13] Lihat di situs internet, www.google.com : kaijian ilmu kalam dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam.
[14] Lihat di situs internet, www.google.com : kajian ilmu kalam dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ilmu kalam.