Satu hal yang perlu diperhatikan soal China

Sedikit saya bercerita apa yang saya amati gerak gerik kehidupan di China.Orang China tuh CUEK dan GA PEDULI sama orang laen, terutama kalo di kota2 besar seperti Wuhan tempat saya tinggal sekarang ini, dan kota2 besar lainnya. Jadi kalo kalian kecopetan, jangan harap ada orang yg bantuin ngejar kayak di Indo. Kalo ada orang diem2 buka resleting tas kalian, jangan harap orang di belakang bakal ngasih tau kalian. Kalo kalian kecelakaan, jangan harap orang di pinggir jalan ada yg nolongin. Kalopun kalian bersimbah darah di tengah jalan, kalian bakal diantepin sampe polisi atau paramedis datang. Ini salah satu hal yg paling ane benci dari China. 

Tapi tentunya hal ini juga bukan tanpa alasan. Saya gambarkan sebuah contoh setelah ditolong malah di tuduh sebagai pelaku, ita yg di takutkan. Tapi percayalah orang baik selalu ada. Terus apakah hal itu membuat kita menjadi enggan untuk percaya dan membantu orang lain? Well, ga tau ya...kapok sih ngga, tapi membuat kita jadi lebih berhati2 sama orang lain. 

Jadi sebenernya, di negara mana pun, selalu aja ada yg namanya orang jahat dan orang baik. Ga di China, ga di Indonesia, semua punya kelebihan dan kekurangannya masing2. Tapi intinya, kalo kita berada di negeri orang dan kita ga paham sama situasi dan kondisi masyarakatnya, ga tau modus operasi penjahatnya, ada baiknya kalo kita lebih ekstra hati2 terhadap diri sendiri dan barang bawaan. So, Be smart, be safe, enjoy your life. Hidup di China tuh seru banget sebenernya, selama kita bisa liat sisi positifnya .

Sebelum pergi ke luar negeri, ada baiknya kita mengenal dulu kondisi dan situasi negara tersebut. Di China, ga jauh berbeda dari negara2 lainnya, ada orang baik dan orang jahat. Ada tukang copet, ada tukang hipnotis, ada perampok, ada pembunuh, pemerkosa, penipu, dan lain sebagainya.
Semoga berguna! Stay safe, guys!

Makanan Halal bukan Masalah di China


Salah satu pertanyaan yang kerap diajukan saudara, kerabat, teman dan orang-orang lain baik secara langsung, via telpon maupun via media sosial saat mengetahui saya hendak berhijrah sementara menuju China untuk menuntut ilmu ialah, “Adakah makanan Muslim atau halal di China?”. Ini merupakan pertanyaan yang menjadi dasar utama bagi kita selaku Muslim saat bepergiaan ke negara minoritas Muslim. Dulu saya juga pernah terbentang dibenak hati yang penuh tanda tanya dan meragukan akan mudahnya mencari makanan halal disana nantinya. Namun, sesampainya disini semua keraguan itu terpecahkan dengan banyaknya toko/restoran yang menyedikan makanan hala.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar mengemuka karena China bukanlah negara Muslim, terlebih setiap kali berbicara tentang makanan China, maka yang terbayang adalah berbagai masakan yang berbahan baku daging atau lemak babi. Dan sebagai negara non Muslim, mereka juga tidak menyembelih hewan berdasarkan syariat Islam. Namun meski China merupakan negara non Muslim, di negeri Panda ini dapat dijumpai komunitas Muslim yang melaksanakan ajaran Islam, salah satunya menghindari makan makanan yang diharamkan seperti daging babi dan makanan yang mengandung beer dan lain sejenisnya yang di larang dalam agama Islam.

Dengan jumlah umat Muslim di China yang sedemikian besar, tidak perlu khawatir mengenai ketersediaan makanan Muslim atau makanan halal jika berkunjung ke China. Makanan halal yang dalam bahasa China disebut sebagai qingzhen(请真)dapat dengan mudah ditemukan di kawasan dimana terdapat komunitas Muslim, seperti di Wuhan tempat saya berada saat ini dan juga ada di tempat-tempat lain.

Di kawasan Wuhan ini  dapat dengan mudah dijumpai restoran yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat Muslim China yang berasal dari seperti Qinghai, Xinjiang dan juga ada orang Arab yang ikut membuka toko berlabel halal di negara minoritas Muslim ini. Ini adalah satu kemudahan bagi kita untuk mudah menjumpai toko-toko berlabel halal.

Untuk mengenali restoran atau toko yang menjual makanan Muslim biasanya dapat dilihat dari papan nama restoran atau toko berwarna hijau dengan tulisan China dan Arab. Ciri lain adalah bangunan restoran yang terkadang dilengkapi kubah-kubah menyerupai masjid. Dan juga Muslim sang pemilik toko atau restoran ini mengenakan peci putih biasanya bagi laki-laki  dan yang permpuan tentunya memakai jilbab. Jadi sangat mudah bukan untuk mengenalinya tempat yang menyedikan makanan halal tersebut.

Hampir setengah tahun saya berada di China di Provinsi Hubei tepatnya di kota Wuhan. Di kampus Huazhong University of Science and Technology yang saya belajar saat ini memiliki lima kantin Muslim. Kantin ini cukup sederhana dan bersih ada yang besar ada juga yang sedikit kecil, di kantin ini juga menyediakan banyak menu sayur mayur tinggal kita memilih yang mana. Kantin Muslim ini juga menjadi kantin favorit bagi mahasiswa luar negeri lainnya yang bukan muslim.

Tidak hanya di kampus tempat saya menimba ilmu mempunyai kantin muslim, di kampus-kampus atau tempat-tempat lain yang sudah saya kunjungi juga ada kantin atau restoran muslim, jadi dengan sangat mudah untuk mendapatkan makanan halal. Kini tidak perlu risau tentang makanan halal di china, makanan halal bukanlah masalah lagi bagi kita muslim dikeranakan dengan sangat mudah kia mendapatkannya. Di kantin atau restoran muslim ini bukan cuma muslim saja yang datang tetapi orang-orang china juga menikmati di tempat ini. Di pusat-pusat perbelanjaan yang besar juga ada restoran muslim seperti di Guanggu yang terletak di bagian luar toko-toko yang sangat mudah kita kenalinya dan juga masih banyak tempat lainnya yang mna kita bisa jumpai makanan halal.

Perlu diingat di China walaupun restoran terdapat tanda halal, kadang-kadang minuman keras juga di jual sama. Makanan dan minumam ringan sahaja halal, tetapi yang berat-berat tidak halal. Jadi kita perlu jeli dan hati-hati sebelum membeli apalagi mengkonsumsinya. 

*Helmi Suardi, Alumnus SMP N 1 Teunom A. Jaya, penerima Beasiswa China Scholarship Council pada Program Master of Education di Huazhong University of Science and Technology, Tiongkok

Wuhan, Kota yang Tiap Hari Berbeda

EMPAT bulan sudah saya tinggalkan Aceh, bermukim di Cina untuk melanjutkan studi. Sejauh yang saya rasakan dan amati, negeri ini indah khususnya Wuhan tempat saya kuliah. 
 
Tidak salah bila banyak orang menyebut Cina atau Tiongkok adalah salah satu negara di Asia yang patut dikunjungi. Bukan saja karena keindahan alamnya, tapi juga karena negara ini memiliki beragam budaya dan tradisi yang masih terjaga sejak ribuan tahun silam.   

Situs-situs sejarah peninggalan zaman kerajaan tersebar di beberapa kota besar di Cina, menambah lengkapnya mozaik wisata di negeri ini. Kota ini penuh sejarah. Teknologi dan pembangunannya berkembang pesat. Pertumbuhan ekonominya pun menakjubkan. Wajar, bila Tiongkok digelari “macan ekonomi” di Asia.
 
Pendidikan tingginya juga semakin berbobot dan terkenal, sehingga mengundang banyak mahasiswa internasional ke sini. Salah satunya saya yang kini kuliah di Huazhong University of Science and Technology, Wuhan.
 
Saat saya pertama kali memasuki perkarangan kampus ini dulunya, langsung disambut oleh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi SICA (Student International Communication Association). Sambutan hangat dari mereka adalah suatu kesenangan tersendiri bagi kami yang lelah dalam perjalanan panjang dari negeri asal menuju Tiongkok. 
 
Saya masih ingat, setelah berbincang beberapa saat mereka meminta kepada saya admission notice untuk mendaftarkan kembali diri bahwa telah sampai di kampus tujuan dan siap untuk belajar. Akhirnya, setelah selama ini cuma bisa lihat di televisi, sekarang saya sudah bisa melihat dengan mata sendiri Kota Wuhan seperti apa. Karena hari Sabtu dan Minggu libur kuliah, saya memilih jalan-jalan pada saat weekend jika tak begitu sibuk dengan tugas-tugas kampus untuk mengetahui bagaimana Kota Wuhan. 
 
Wuhan merupakan kota yang sedang berkembang pesat baik dari segi pembangunan, teknologi, maupun pendidikannya. Seiring waktu, kota ini disulap semakin indah dan bersih. Saya baca pada sebuah poster dan baliho, tertulis: Wuhan different everyday atau Wuhàn meitian bù yiyàng. Artinya, Wuhan setiap hari tidak akan sama. Dengan kata lain, Kota Wuhan ini akan dibangun terus-menerus dan yang unik mereka merombak-rombak apa yang sudah bosan mereka lihat demi terciptanya sesuatu yang baru, kreativitas, dan keindahan sesuai keinginan mereka. 
 
Di satu sisi wajar saja mereka bisa melakukan apa saja karena perekonomiannya sehat atau dengan kata lain “meunyoe lee teupong dumpeu jeut tawoet”, begitulah kata seorang teman saya yang lulus dalam China Scholarship Council sekalian dengan saya. Arti pepatah Aceh itu adalah jika prasarana dan sarana tersedia cukup, maka semuanya bisa diwujudkan. 
 
Kota Wuhan adalah ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok. Kota ini terpadat penduduknya di bagian pusat Tiongkok, baik dari segi pembangunan maupun masyarakatnya. Kota ini besar, tapi apik bersih dan terjaga kebersihannya. Saya merasakan keindahan dan ada nilai-nilai islami di Negari Tirai Bambu ini. Kota ini tertata dengan rapi dan bersih. Kesadaran warganya untuk menjaga kebersihan kota dan lingkungan juga tinggi. Mereka begitu berdisiplin dalam menjaga kebersihan.
 
Gemerlapnya pemandangan dengan lampu-lampu kota yang benderang menambah keindahan kota ini. Di setiap sudut, jalan, dan taman mereka sediakan tempat sampah, sehingga tak ada lagi alasan bagi warga setempat dan pendatang untuk membuang sampah secara sembarangan. Kesadaran orang-orang Cina menjaga kebersihan sangatlah tinggi. Terus terang, saya kagum. 
 
Semoga sisi positif ini bisa kita jadikan acuan untuk mendisiplinkan diri dalam membangun negeri. Bila dulunya kita cuek alias tak peduli pada masa depan yang indah dan menjanjikan, kini saatnya kita berubah. Tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu kebaikan dan perubahan. 
 
*HELMI SUARDI, Mahasiswa UIN Ar-Raniry, penerima Beasiswa China Scholarship Council pada Program Master of Education di Huazhong University of Science and Technology.

Pernah diposting di Srambi Indonesia 
http://aceh.tribunnews.com/2016/01/04/wuhan-kota-yang-tiap-hari-berbeda