Makanan Halal bukan Masalah di China


Salah satu pertanyaan yang kerap diajukan saudara, kerabat, teman dan orang-orang lain baik secara langsung, via telpon maupun via media sosial saat mengetahui saya hendak berhijrah sementara menuju China untuk menuntut ilmu ialah, “Adakah makanan Muslim atau halal di China?”. Ini merupakan pertanyaan yang menjadi dasar utama bagi kita selaku Muslim saat bepergiaan ke negara minoritas Muslim. Dulu saya juga pernah terbentang dibenak hati yang penuh tanda tanya dan meragukan akan mudahnya mencari makanan halal disana nantinya. Namun, sesampainya disini semua keraguan itu terpecahkan dengan banyaknya toko/restoran yang menyedikan makanan hala.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar mengemuka karena China bukanlah negara Muslim, terlebih setiap kali berbicara tentang makanan China, maka yang terbayang adalah berbagai masakan yang berbahan baku daging atau lemak babi. Dan sebagai negara non Muslim, mereka juga tidak menyembelih hewan berdasarkan syariat Islam. Namun meski China merupakan negara non Muslim, di negeri Panda ini dapat dijumpai komunitas Muslim yang melaksanakan ajaran Islam, salah satunya menghindari makan makanan yang diharamkan seperti daging babi dan makanan yang mengandung beer dan lain sejenisnya yang di larang dalam agama Islam.

Dengan jumlah umat Muslim di China yang sedemikian besar, tidak perlu khawatir mengenai ketersediaan makanan Muslim atau makanan halal jika berkunjung ke China. Makanan halal yang dalam bahasa China disebut sebagai qingzhen(请真)dapat dengan mudah ditemukan di kawasan dimana terdapat komunitas Muslim, seperti di Wuhan tempat saya berada saat ini dan juga ada di tempat-tempat lain.

Di kawasan Wuhan ini  dapat dengan mudah dijumpai restoran yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat Muslim China yang berasal dari seperti Qinghai, Xinjiang dan juga ada orang Arab yang ikut membuka toko berlabel halal di negara minoritas Muslim ini. Ini adalah satu kemudahan bagi kita untuk mudah menjumpai toko-toko berlabel halal.

Untuk mengenali restoran atau toko yang menjual makanan Muslim biasanya dapat dilihat dari papan nama restoran atau toko berwarna hijau dengan tulisan China dan Arab. Ciri lain adalah bangunan restoran yang terkadang dilengkapi kubah-kubah menyerupai masjid. Dan juga Muslim sang pemilik toko atau restoran ini mengenakan peci putih biasanya bagi laki-laki  dan yang permpuan tentunya memakai jilbab. Jadi sangat mudah bukan untuk mengenalinya tempat yang menyedikan makanan halal tersebut.

Hampir setengah tahun saya berada di China di Provinsi Hubei tepatnya di kota Wuhan. Di kampus Huazhong University of Science and Technology yang saya belajar saat ini memiliki lima kantin Muslim. Kantin ini cukup sederhana dan bersih ada yang besar ada juga yang sedikit kecil, di kantin ini juga menyediakan banyak menu sayur mayur tinggal kita memilih yang mana. Kantin Muslim ini juga menjadi kantin favorit bagi mahasiswa luar negeri lainnya yang bukan muslim.

Tidak hanya di kampus tempat saya menimba ilmu mempunyai kantin muslim, di kampus-kampus atau tempat-tempat lain yang sudah saya kunjungi juga ada kantin atau restoran muslim, jadi dengan sangat mudah untuk mendapatkan makanan halal. Kini tidak perlu risau tentang makanan halal di china, makanan halal bukanlah masalah lagi bagi kita muslim dikeranakan dengan sangat mudah kia mendapatkannya. Di kantin atau restoran muslim ini bukan cuma muslim saja yang datang tetapi orang-orang china juga menikmati di tempat ini. Di pusat-pusat perbelanjaan yang besar juga ada restoran muslim seperti di Guanggu yang terletak di bagian luar toko-toko yang sangat mudah kita kenalinya dan juga masih banyak tempat lainnya yang mna kita bisa jumpai makanan halal.

Perlu diingat di China walaupun restoran terdapat tanda halal, kadang-kadang minuman keras juga di jual sama. Makanan dan minumam ringan sahaja halal, tetapi yang berat-berat tidak halal. Jadi kita perlu jeli dan hati-hati sebelum membeli apalagi mengkonsumsinya. 

*Helmi Suardi, Alumnus SMP N 1 Teunom A. Jaya, penerima Beasiswa China Scholarship Council pada Program Master of Education di Huazhong University of Science and Technology, Tiongkok


EmoticonEmoticon