HAMPIR dua tahun sudah saya menikmati masa-masa studi di Cina atau
Tiongkok, negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Dalam masa itu, tentu saja
banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan, baik itu di lingkungan kampus
maupun di luar kampus.
Dalam kegiatan sehari-hari, disadari atau tidak, kita pasti mengalami
kegiatan yang namanya belajar, baik secara teori maupun praktik dari lingkungan
sekitar kita.
Orang yang tekun belajar bukan saja akan pintar, tapi juga akan mengerti
arti kehidupan yang sesungguhnya. Menjadi rajin belajar berarti harus serius
dan memiliki komitmen dalam belajar.
Nah, belajar dengan rajin dan giat di masa muda, ternyata itulah salah
satu kunci sukses orang Cina, sehingga negaranya makin maju, daya saing
warganya semakin hebat. Pendeknya, Cina terus menghasilkan generasi yang jenius
dan brilian.
Dalam kesehariannya, mahasiswa Tiongkok sangatlah menghargai waktu. Mahasiswa-mahasiswi
di sini lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan, di ruang kelas, di
taman, bahkan di warung kopi sambil belajar. Boleh dibilang, pelajar dan
mahasiswa Cina tipe orang yang “gila” belajar.
Hebatnya lagi, kebanyakan warung kopi di sini tidak hanya menyediakan
kopi, tetapi juga menyediakan buku bacaan di rak yang terbilang cukup banyak
bukunya. Siapa pun yang ingin membacanya bisa mengambilnya sendiri.
Bahkan terkadang ada mahasiswa yang tidur di laboratorium saking giat dan
rajinnya belajar. Begitulah yang dilakoni salah satu warga Cina, kawan saya
yang sehari-harinya menghabiskan waktu di lab. Ia sadar karena untuk hidup di
negaranya tidaklah mudah, mengingat begitu banyak saingan dalam berkompetisi
mencari pekerjaan.
Sering saya lihat, dalam sebuah kamar yang terbilang tak terlalu besar
mereka bisa empat bahkan sampai delapan orang belajar serius. Di samping
mahasiswa Cina memang sangat banyak, mungkin ini juga salah satu langkah yang
digalakkan Pemerintah Cina agar mahasiswa tidak banyak menghabiskan waktu di
luar kamar.
Jika kita cermati mahasiswa Cina kuliah, terkadang lebih parah dari sistem
belajar di Aceh, misalnya. Mereka ada yang tidur, bermain game, baca buku,
chatting dengan teman-teman di media sosial, dan lain-lain, namun tidak sedikit
dari mereka juga memperhatikan kuliah saat dosennya mengajar. Boleh jadi mereka
jenuh dengan belajar terus-menerus, sehingga butuh sedikit hiburan, baik itu
chatting dengan teman-teman ataupun bermain game.
Namun, ketika kita lihat mereka belajar sendiri atau bersama kawannya,
baik itu di perpustakaan ataupun di ruang kelas, para mahasiswa/i Cina
belajarnya sangatlah tekun dan serius. Suasana belajarnya pun begitu nyaman
tanpa keributan atau berisik.
Dalam menghabiskan waktu belajar ini, para mahasiswa/i tidak memaksakan
diri terus-menerus belajar. Jika lelah, mereka langsung istirahat dengan tidur
di kursi perpustakaan atau di kursi ruang kelas tempat ia mengulang pelajaran.
Ketika mereka terbangun langsung memulai lagi belajarnya, sehingga pikiran jadi
fresh dan dapat kembali fokus ke pelajaran.
Meski Sabtu dan Minggu adalah hari libur, tapi tidak sedikit mahasiswa/i
yang datang ke perpustakaan, ruang kelas, dan warung kopi untuk belajar baik
itu mengerjakan tugas ataupun membaca buku. Tidak hanya pada siang, tapi pada
malam hari pun mereka belajar hingga pukul 22.00 sampai ruang pustaka dan ruang
kelas ditutup. Ini yang saya maksud dengan istilah mahasiswa Cina “gila”
belajar.
Tapi, menjadi rajin belajar
bukanlah berarti mengenyampingkan seluruh minat dan kegiatan yang lain. Tetap saja
ada waktu untuk santai, bermain, dan bersosialisasi dengan sesama. Semoga sisi
positif dari cara mahasiswa/i Cina dalam menuntut ilmu ini bisa menjadi salah
satu hal yang dapat membangkitkan gairah dan semangat kita dalam belajar, baik
untuk mendalami ilmu agama maupun ilmu sains. Semoga.
OLEH HELMI SUARDI, alumnus UIN Ar-Raniry, kuliah pada Program Master
Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and
Technology, melaporkan dari Tiongkok
Pernah diposting http://aceh.tribunnews.com/2017/07/13/mahasiswa-cina-gila-belajar
EmoticonEmoticon