Jual Beli dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN

Muamalat itu adalah semua hukum syariat yang bersangkutan dengan urusan dunia,dengan memandang kepada aktivitis hidup seseorang seperti jual-beli, tukar-menukar, pinjam-meminjam dan sebagainya. Muamalat juga merupakan tatacara atau peraturan dalam perhubungan manusia sesama manusia untuk memenuhi keperluan masing-masing yang berlandaskan syariat Allah s.w.t yang melibatkan bidang ekonomi dan sosial Islam . Muamalat yang dimaksudkan ialah dalam bidang ekonomi yang menjadi tumpuan semua orang bagi memperoleh kesenangan hidup di dunia dan kebahagian di akhirat. Manusia disuruh memiliki harta yang di sediakan oleh Allah s.w.t melalui ilmu pengetahuan dan kemahiran yang di anugerahkan kepadanya. Mereka yang memiliki harta kekayaan di dunia adalah sebagai pemegang amanat Allah s.w.t dan bertanggung jawab terhadap harta- harta tersebut.

Firman Allah S.W.T
 :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

            Maksudnya : Dialah yang menjadikan bumi bagi kamu mudah digunakan,maka berjalanlah di merata-rata ceruk rantau dan makanlah daripada rezeki yang dikurniakan oleh Allah s.w.t dan ingatlah kepada Allah s.w.t jualah (tempat kembali kamu) di bangkitkan (maka hargailah nikmatnya dan takutilah kemurkaannya) ( Q.S al- Mulk : 15 )
Mencari harta kekayaan amat di galakkan oleh Islam,kerana harta merupakan alat bagi mencapai kesenangan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dengan harta tersebut seseorang itu dapat memenuhi keperluan hidupnya di samping dapat menunaikan tanggungjawabnya terhadap agama.
Dalam mencari harta kekayaan, umat Islam di kehendaki menggunakan sebahagian dari pada hartanya pada jalan kebaikan dan kebajikan untuk faedah bersama. Bagi memastikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dilaksanakan dengan baik dan mencapai keredhaan Allah s.w.t. Islam telah menggariskan beberapa peraturan bagi mencapai matlamat tersebut.
Muamalat adalah satu tajuk yang besar dalam Islam. Ia merangkumi pelbagai cabang antaranya ialah gadaian, syarikat, al- Ijarah, jual beli salam dan sebagainya. tetapi dalam ruangan yang kecil ini, kami akan berkongsi dengan anda semua berkaitan tajuk jual beli. Diharapkan dengan maklumat yang serba ringkas ini dapat membantu anda dalam memahami tajuk jual beli.[1]


BAB II
PEMBAHASAN
JUAL BELI
A.    Pengertian
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara- cara tertentu ( ‘aqad ). [2]
Di dalam al- Quran Allah Swt. Berfiman :
واحل الله البيع وحرم الربوا ( البقرة : 275 )
Artinya : “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. ( Q. S al- Baqarah : 275 ).
Rasulullah Saw. Bersabda :
عن رفاعة بن رافع رضىالله عنه ان النبي صلى الله عليه وسلم سئل : اي الكسب اطيب؟ قال : عمل الرجلل بيده وكل بيع مبرور . ( رواه البزار و صححه الحا كم )
Artinya : “Dari Rifa”ah bin Rifa’ ra. : Bahwasanya Nabi Saw. Ditanya : pencarian apakah yang paling baik ? Beliau menjawab : “ Ialah orang yang bekerja dengan tangannya , dan tiap- tiap jual beli yang bersih”. ( H.R. al- Bazzar dan disahkan oleh Hakim )
Adapun hikmah dibolehkannya jual beli itu adalah menghindarkan manusia dari kesulitan dam bermu’amalah dengan hartanya.[3]

B.     Rukun Jual Beli dan Syarat- Syaratnya

Ø  Rukun jual beli
Rukun jual beli ada tiga, yaitu orang- orang yang berakad ( penjual dan pembeli ), ma’kud alaih ( objek akad ), dan akad ( ijab Kabul ).[4]

1.      Ada penjual dan pembeli yang keduanya harus berakal sehat, atas kemauan sendiri, dewasa/baligh dan tidak mubadzir alias tidak sedang boros.
2.      Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan dan barang penukar seperti uang, dinar emas, dirham perak, barang atau jasa. Untuk barang yang tidak terlihat karena mungkin di tempat lain namanya salam
3.       Ada ijab qabul yaitu adalah ucapan transaksi antara yang menjual dan yang membeli (penjual dan pembeli).
Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatu kebutuhan sehari- hari tidak disyaratkan ijab qabul, ini adalah pendapat jumhur. Menurut fatwa Ulama Syafi’iyah, jual beli barang- barang kecil pun harus ijab dan qabul, tetapi menurut Imam Al- Nawawi dan Ulama Muta’akhirin Syafi’iyah berpendirian bahwa boleh jual beli barang- barang yang kecil dengan tidak ada ijab dan qabul seperti membeli sebungkus rokok.[5]

Ø  Syarat Sah Jual Beli

Sahnya suatu jual beli bila ada dua unsur pokok yaitu bagi yang beraqad dan (barang) yang diaqadi, apabila salah satu dari syarat tersebut hilang atau gugur maka tidak sah jual belinya. Adapun syarat tersebut adalah sbb :

v  Bagi yang beraqad
1.      Adanya saling ridha keduanya (penjual dan pembeli), tidak sah bagi suatu jual beli apabila salah satu dari keduanya ada unsur terpaksa tanpa haq (sesuatu yang diperbolehkan) berdasarkan firman Allah Ta'ala " kecuali jika jual beli yang saling ridha diantara kalian ", dan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda "hanya saja jual beli itu terjadi dengan asas keridhan" (HR. Ibnu Hiban, Ibnu Majah, dan selain keduanya), adapun apabila keterpaksaan itu adalah perkara yang haq (dibanarkan syariah), maka sah jual belinya. Sebagaimana seandainya seorang hakim memaksa seseorang untuk menjual barangnya guna membayar hutangnya, maka meskipun itu terpaksa maka sah jual belinya.
2.      Yang beraqad adalah orang yang diperkenankan (secara syariat) untuk melakukan transaksi, yaitu orang yang merdeka, mukallaf dan orang yang sehat akalnya, maka tidak sah jual beli dari anak kecil, bodoh, gila, hamba sahaya dengan tanpa izin tuannya.
3.      Yang beraqad memiliki penuh atas barang yang diaqadkan atau menempati posisi sebagai orang yang memiliki (mewakili), berdasarkan sabda Nabi kepada Hakim bin Hazam " Janganlah kau jual apa yang bukan milikmu" (diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Tirmidzi dan dishahihkan olehnya). Artinya jangan engkau menjual seseuatu yang tidak ada dalam kepemilikanmu.
Berkata Al Wazir Ibnu Mughirah Mereka (para ulama) telah sepakat bahwa tidak boleh menjual sesuatu yang bukan miliknya, dan tidak juga dalam kekuasaanya, kemudian setelah dijual dia beli barang yang lain lagi (yang semisal) dan diberikan kepada pemiliknya, maka jual beli ini bathil.

v  Bagi (Barang) yang diaqadi
1.         Barang tersebut adalah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya secara mutlaq, maka tidak sah menjual sesuatu yang diharamkan mengambil manfaatnya seperti khomer, alat-alat musik, bangkai berdasarkan sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasallam " Sesungguhnya Allah mengharamkan menjual bangkai, khomer, dan patung (Mutafaq alaihi). Dalam riwayat Abu Dawud dikatakan " mengharamkan khomer dan harganya, mengharamkan bangkai dan harganya, mengharamkan babi dan harganya", Tidak sah pula menjual minyak najis atau yang terkena najis, berdasarkan sabda Nabi " Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu (barang) mengharamkan juga harganya ", dan di dalam hadits mutafaq alaihi: disebutkan " bagaimana pendapat engkau tentang lemak bangkai, sesungguhnya lemak itu dipakai untuk memoles perahu, meminyaki (menyamak kulit) dan untuk dijadikan penerangan", maka beliau berata, " tidak karena sesungggnya itu adalah haram.".
2.    Yang diaqadi baik berupa harga atau sesuatu yang dihargai mampu untuk didapatkan (dikuasai), karena sesuatu yang tidak dapat didapatkan (dikuasai) menyerupai sesuatu yang tidak ada, maka tidak sah jual belinya, seperti tidak sah membeli seorang hamba yang melarikan diri, seekor unta yang kabur, dan seekor burung yang terbang di udara, dan tidak sah juga membeli barang curian dari orang yang bukan pencurinya, atau tidak mampu untuk mengambilnya dari pencuri karena yang menguasai barang curian adalah pencurinya sendiri.
3.    Barang yang diaqadi tersebut diketahui ketika terjadi aqad oleh yang beraqad, karena ketidaktahuan terhadap barang tersebut merupakan suatu bentuk penipuan, sedangkan penipuan terlarang, maka tidak sah membeli sesuatu yang dia tidak melihatnya, atau dia melihatnya akan tetapi dia tidak mengetahui (hakikat) nya.[6]

C.    Syarat- Syarat Sah Ijab Qabul (Shighat )

Ijab artinya perkataan penjual, misalnya : “ saya jual barang ini sekian, sedang qabul artinya kata si pembeli misalnya : “ saya terima ( saya beli ) dengan harga sekian “.[7]
1.      Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam saja setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.
2.      Jangan disela dengan kata lain antara ijab dan qabul dan
3.      Beragama Islam
Rukun jual beli yang ketiga aalah benda- benda atau barang yang diperjualbelikan ( ma’kud ‘alaih ). Syarat- syarat benda yang menjadi objek aqad ialah sebagai berikut :
a)         Suci barangnya ; tidak sah menjual barang yang najis, seperti anjing, babi dan lain- lain yang najis.
Sabda Rasulullah Saw. :
عن جابربن عبدالله رضي الله عنه اانه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول عما الفتح وهو بمكة : ان الله ورسوله حرم البيع والخمر والميتة والخنزير ولا صنام . ( رواه البخري والمسلم )
Artinya: Dari Jabir bin ‘Abdullah ra., bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda  pada tahun kemenangan di Mekkah : “ Sesungguhnya Allah dan RasulNya mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi dan berhala”. (HR Bukhari dan Muslim )
b)        Memberi manfa’at menurut Syara’.
c)        Jangan di ta’liqkan , yaitu dikaitkan atau di gantungkan kepada hal- hal yang lain, seperti jika ayahku pergi kujual motor ini kepadamu.
d)       Tidak dibatasi waktunya.
e)        Milik sendiri.
f)         Diketahui ( dilihat ), barang yang diperjualbelikan harus dapat diketahui banyaknya, beratnya, takarannya, atau ukuran- ukuran yang lainnya, maka tidaklah sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.

D.    Macam-macam Jual Beli

Jual beli dapat di tinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam : Jual beli yang terlarang, tetapi sah dan Jual beli yang terlarang dan tidak sah.

1.      Jual beli yang terlarang, tetapi sah.

a)      Menemui  orang- orang desa sebelum mereka masuk ke pasar untuk membeli benda- bendanya dengan harga yang semurah- murahnya, sebelum mereka tau harga pasaran, kemudian ia jual dengan harga yang setinggi- tingginya.
b)      Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain.
c)      Jual beli dengan Najasyi, ialah seseorang menambah atau melebihi harga temannyadengan maksud memancing- mancing orang agar orang itu mau membeli barang kawanya.
d)     Menjual di atas penjualan orang lain.

2.      Jual beli yang terlarang dan tidak sah.

a)      Barang yang di hukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi, berhala, bangkai dan khamar.
b)      Jual beli mani (sperma ) hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh keturunan.
c)      Jual beli anak binatang yang masih dalam perut induknya.
d)     Menjual belikan barang yang baru di beli sebelum di terimakan kepada pembelinya, kecuali jika barang itu di amanatkan oleh si pembeli kepada penjualnya, maka menjualnya itu sah, karena telah dimiliki dengan penuh.
e)      Jual Beli Ketika Panggilan Adzan. Jual beli tidak sah dilakukan bila telah masuk kewajiban untuk melakukan shalat Jum’at. Yaitu setelah terdengar panggilan adzan yang kedua, berdasarkan Firman Allah Ta’ala :“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al Jumu’ah : 9).
f)       Jual Beli Untuk Kejahatan
g)      Jual Beli dengan ‘Inah yaitu menjual sebuah barang kepada seseorang dengan harga kredit, kemudian dia membelinya lagi dengan harga kontan akan tetapi lebih rendah dari harga kredit.

E.     Khiyar dalam Jual Beli

Dalam jual beli, menurut agama Islam boleh memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau akan membatalkannya.[8] Karena terjadi oleh sesuatu hal, khiar dibagi menjadi tiga macam berikut ini :

1.               Khiyar majlis adalah pilihan menghantikan atau melanjutkan jual beli ketika penjual maupun pembeli masih di tempat yang sama. Rasulullah Saw bersabda :
البيعان بالخيار مالم يتفرفا ( رواه البخري و مسلم )
penjual dan pembeli boleh khiyar selama belum berpisah” ( riwwayat Bukhari dan Muslim )
2.               Khiyar syarat adalah syarat tertentu untuk melanjutkan jual beli seperti pembeli mensyaratkan garansi.
3.               Khiyar ‘aibi adalah pembeli boleh membatalkan transaksi yang telah disepakati jika terdapat cacat pada barang yang dibeli.

F.      Hal-Hal Terlarang / Larangan Dalam Jual Beli

a.       Membeli barang di atas harga pasaran.
b.      Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang lain.
c.       Menjual atau membeli barang dengan cara mengecoh/ menipu (bohong).
d.      Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan masyarakat.
e.       Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli barangnya.
f.       Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi.
g.      Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli.
h.      Menjual barang dengan cara kredit dengan imbalan bunga yang ditetapkan.
i.        Menjual atau membeli barang haram.
j.        Jual beli tujuan buruk seperti untuk merusak ketentraman umum, menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing, dan lain-lain.
G.     Hukum-Hukum Jual Beli
a.           Haram
Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi syarat/rukun jual beli atau melakukan larangan jual beli.
b.           Mubah
Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah.
c.            Wajib
Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta anak yatim dalam keadaan terpaksa.
BAB III
KESIMPULAN

*     Menjual adalah memindahkan hak milik kepada orang lain dengan harga, sedangkan membeli yaitu menerimanya.
*     Jual beli adalah perkara yang diperbolehkan berdasarkan al Kitab, as Sunnah, ijma serta qiyas
*     Jual beli merupakan tindakan atau transaksi yang telah disyari’atkan dalam arti telah ada hukumnyayang jelas dalam Islam.
*       Akad jual beli bisa dengan bentuk perkataan maupun perbuatan; 
a.       Bentuk perkataan terdiri dari Ijab yaitu kata yang keluar dari penjual seperti ucapan " saya jual" dan Qobul yaitu ucapan yang keluar dari pembeli dengan ucapan "saya beli "
b.      Bentuk perbuatan yaitu muaathoh (saling memberi) yang terdiri dari perbuatan mengambil dan memberi seperti penjual memberikan barang dagangan kepadanya (pembeli) dan (pembeli) memberikan harga yang wajar (telah ditentukan).
Dan kadang bentuk akad terdiri dari ucapan dan perbuatan sekaligus :
*     Syarat Sah Jual Beli
Sahnya suatu jual beli bila ada dua unsur pokok yaitu bagi yang beraqad dan (barang) yang diaqadi, apabila salah satu dari syarat tersebut hilang atau gugur maka tidak sah jual belinya.
DAFTAR  PUSTAKA
Rifai. Moh. 1978. Fiqh Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Mu’amalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Syarifuddin, Amir. 2003. Garis- garis Besar Fiqh, Bogor : Prenada Media
http://jualbelisewa-islam.blogspot.com/
http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=66


[1] http://jualbelisewa-islam.blogspot.com/
[2] Lihat ,Moh Rifa’I, Fiqih Islam Lengkap, hal. 402
[3] Lihat, Amir Syarifuddin. Garis- garis Besar Fiqh, hal. 194
[4] Lihat Hendi Suhendi, Fiqh  Mu’amalahI, hal. 70
[5] Lihat al- Kahlani, Subul al- Salam, hlm. 4
[6] http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=66
[7] Lihat ,Moh Rifa’I, Fiqih Islam Lengkap, hal. 406
[8] Lihat Hendi Suhendi, Fiqh  Mu’amalahI, hal. 83


EmoticonEmoticon