Mahasiswa China Junjung Tinggi Teachers’ Day

 

Di Cina, sepuluh september dirayakan Hari Guru sebagai tanda penghargaan atas kontribusi yang diberikan oleh para guru kepada masyarakat. Hari Guru, hari yang diperingati untuk menghormati Guru, tidak hanya dirayakan di Tiongkok tetapi juga di berbagai negara di dunia dengan semangat hormat dan kehormatan yang sama terhadap kerja keras para guru.

Sepuluh September adalah hari special bagi guru, dosen, dan pengajar yang seprofesi di Negara Tirai Bambu Tiongkok. Sistem sekolah di Cina pada Era sekarang didasarkan pada model Barat, banyak tradisi lama untuk menghormati guru belum dilestarikan hari ini. Misalnya, pada zaman kuno, para murid sebagai tanda hormat untuk para guru mencuci kaki para pendidik. Dengan demikian, anak didik menunjukkan kerendahan hati dan kesediaan mereka untuk tunduk dan mematuhi guru-guru mereka. pada 10 September ini, acara meriah untuk menghormati para spesialis bidang pendidikan diadakan di seluruh China pada setiap tahun.

Sambil menyelam minum air mungkin ini yang tepat untuk saya, yaitu sambil menempuh studi di Negara orang sambil mempelajari tata kehidupan orang-orangTiongkok. Saya mengamati kehidupan di Negara Tirai bamboo ini pada sekolah dasar dan kampus, bahwa kerja sama guru, orang tua dan murid sudah terbilang sangat baik. Orang tua dan guru sejalan dalam mendidik siswa untuk menjadi lebih baik dan berkembang.

Pada Hari Guru ini saya banyak melihat mahasiswa membeli bunga dan hadiah untuk gurunya. Mahasiswa sangat antusias  memberi bunga dan hadiah kepada pahlawan tanpa tanda jasa yaitu guru. Setelah hadiah untuk guru di siapkan mahasiswa berkumpul sama-sama pergi menjumpai guru di ruangan kantornya yang penuh dengan buku-buku bacaan, mahasiswa datang ke kantornya guru untuk berterima kasih kepada guru pada pekerjaan penting ini yaitu memanusiakan manusia.

Setelah pemberian bunga dan hadiah oleh anak didik, guru terharu dan berterima kasih kepada anak didiknya yang sudah menghargai profesi guru yang tidak mudah ini. Lain halnya fenomena yang terjadi di negara Indonesia, Mungkin sedikit berbeda dengan sekarang banyak kita lihat kasus-kasus dimana guru kurang diperhatikan, gaji yang sedikit atau kerja ngak main main tapi upah main-main. Bahkan yang anehnya lagi orang tua, anak didik dan guru tidak bisa bekerja sama dengan baik. Banyak kita lihat di Indonesia dan Aceh khususnya kasus-kasus yang menimpa kepada guru seperti di hina, dimaki-maki, di pukul, di penjara bahkan ada yang dibunuh oleh orang tua dan anak didiknya dengan hal-hal yang sepele.

Banyak kita melihat sekarang dengan adanya kasus-kasus yang mencoreng wajah pendidikan di Indonesia dikarenakan kurangnya ilmu agama dan moral para siswa sehingga banyak terjadi hal-hal-hal yang seharusnya tidak terjadi.

Saya teringat kata-kata Ayah saat mengantar pertama kali Sekolah Dasar dan tempat mengaji “nyoe aneuk ka lon joek bak dron, menyo batat neupoh laju patah meudarah neupulang keulon” yang artinya ini anak saya sudah saya serahkan kepada anda untuk belajar, kalo bandel dipukul saja patah dan berdarah kembalikan kesaya. Dan ini membuat saya berpikir bahwa guru juga punya hak untuk memberi punisment kepada siswa yang nakal dan tidak bisa diatur.

Rasa ta'dzim mahasiswa china tidak hanya pada hari-hari besar seperti hari guru ini, pada hari-hari biasapun jika mahasiswa tersebut datang ke kantor gurunya dengan mengetok pintu dahulu dan jika disuruh masuk baru dia masuk dan saat didalam ruangan gurunya tetap berdiri jika tidak disuruh duduk. Bisa dibayangkan, betapa besar rasa ta'dzim terhadap gurunya

Sebab, segala yang kita ketahui hari ini adalah berkat akumulasi dari ilmu pengetahuan yang pernah diajarkan oleh para guru. Seorang guru yang baik seperti lilin ia menghabiskan waktunya untuk menerangi jalan bagi orang lain.

Terima Kasih, semua guruku. Akulah hamba sahaya yang sering melupakan nasibmu. Maafkan aku, Guru....

Selamat Hari Guru untuk seluruh Guru, Orang Tua, Tgk, Ustaz dan seprofesi. 25 November 2021

Menggapai Cita di Negri Panda

 

at Wuchang

Hampir empat tahun telah berlalu saya menikmati masa-masa study di Negri Panda yaitu Negri dengan populasi penduduknya nomor satu terbanyak di dunia yaitu China, tentu saja banyak ilmu dan pengalaman yang didapatkan baik itu dilingkungan kampus maupun diluar kampus.

Melakukan hijrah dari tanah air menuju negara lain untuk menuntut ilmu adalah salah satu jalan pembuka kesuksesan dalam diri atau kita sudah siap untuk menerima tantangan baru dan ilmu-ilmu baru dari orang-orang baru. Menuntut ilmu tidaklah mempunyai batasan, seperti pepatah arab mengatakan “tuntutlah ilmu walaupun kenegri China” ini bermakna kita tidak hanya terpaku pada suatu tempat ataupun daerah dalam menuntut ilmu, akan tetapi dianjurkan untuk bertebaran dimuka bumi untuk mencari ilmu Allah yang begitu luas walau di Negri komunis sekalipun.



Sekolah ke luar negeri memang menjadi mimpi banyak orang tidak terkecuali dengan saya, pengalaman bertemu dengan peradaban tingkat tinggi, merasakan langsung bagaimana kehidupan yang sesungguhnya di negara orang yang dahulunya mungkin kita hanya melihat di televisi, photo, internet dan lain sebaginya, ini merupakan daya tarik tersendiri. Dan semuanya sudah pasti kita dapatkan jika mimpi itu terwujud.

Nah, lalu bagaimana kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi kita untuk bisa study keluar negri ? apakah kita harus pandai atau ada orang dalam ? jawabannya adalah tidak, pandai bukanlah sebuah tolok ukur ataupun barometer untuk bisa kulah keluar negri, namun yang harus kita lakukan adalah “Keluarlah dari zona Nyamanmu” dan memperluas relasi pertemanan. Dengan kita keluar dari zona nyaman kita sudah menemukan hal-hal yang baru, baik itu teman maupun ilmu. Dan juga menjalin hubungan baik dengan teman, dikarenakan teman adalah sumber informasi. Jika informasi dengan mudah kita dapatkan maka itu juga akan memudahkan kita untuk bisa study keluar negri.

Alhamdulillah sepuluh tahun yang lalu atau tepatnya tahun 2009 saya terdaftar sebagai Alumni pesantren Tgk. Empee Awee dan sekarang menjadi salah satu mahasiswa magister di kampus ternama di China.Menjadi mahasiswa di kampus Top Ten in China adalah bukanlah perkara mudah, namun itu semua bisa di capai dengan semangat, usaha, ketekunan dan tidak lupa pula berdoa kepada Allah Azzawajalla agar diberikan kekuatan dalam perjuangan. Hidup di perantauan tentu saja penuh dengan lika liku kehidupan, jauh dari keluarga, harus mandiri, namun semua itu adalah proses pendewasaan diri yang tidak boleh dikeluh kesahkan.

Dalam kegiatan sehari-hari baik secara disadari atau tidak kita pasti mengalami sebuah kegiatan yang namanya belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi semakin baik dan juga belajar untuk memonitor diri kita sendiriMenjadi rajin belajar berarti harus serius dan memiliki komitmen dalam belajar. Orang yang rajin belajar juga tahu bagaimana cara untuk bersenang-senang, tetapi mereka menjadikan belajar sebagai prioritas utama.

Belajar yang rajin dan giat dimasa muda adalah mungkin salah satu kunci sukses china yang semakin berkembang negaranya dengan menghasilkan generasi-genarasi yang genius dan brillian. Namun, menjadi rajin belajar bukan berarti hanya belajar saja, tetapi juga melakukan hal-hal lain seperti olahraga di sore atau malam hari secara rutin agar tubuh selalu sehat dan fit dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya dikarenakan akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat pulaMenjadi rajin belajar bukan berarti mengenyampingkan seluruh minat dan kegitan yang lain. Namun demikian, perlu memprioritaskan belajar sebagai prioritas utama dalam hidup.

Semoga sisi positif dari mahasiswa/i China menjadi salah satu hal yang dapat membangkitkan gairah dan semangat kita dalam menempuh study baik itu ilmu duniawi  maupun ilmu ukhrawi. Harapan dengan semangatnya kita, Tuhan selalu memberikan kekuatan dalam diri agar mampu mewujudkan apa yang kita inginkan.  (Hubei, 2019-03-24)

OLEH HELMI SUARDI, alumnus Pesantren Tgk Chik. Eumpe Awee, kuliah pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, China

Artikel ini telah tayang pada website https://www.eumpeawee.ponpes.id/2019/03/menggapai-cita-di-negeri-panda.html

Rakyat Tiongkok Kecanduan Air Panas

Bagi kebanyakan orang Tiongkok, minum air panas adalah hal yang biasa. Tapi di mata orang lain, ini adalah kebiasaan yang sangat unik, karena mereka minum air matang yang menjadi kebiasaaan sehari-hari. Jadi mengapa orang Tiongkok suka minum air panas?

Sebagai orang asing kita tentu akan menemukan hal yang sangat menarik dari kehidupan-kehidupan negara yang dipijaki, yaitu kebiasaan orang Tiongkok minum air panas atau hangat. Orang yang berkehidupan di Negara julukan Tirai Bambu ini begitu menyukai air panas, bagaimana kebiasaan ini berkembang dibandingkan dengan negara lain yang minum air dingin? Kebiasaan minum air panas di Tiongkok sudah ada sejak lama, tetapi bukan pertama kalinya minum air panas, nenek moyang mereka meminum air panas dan air dingin (normal) juga.

Air panas atau hangat sudah menjadi hal yang lumrah dihidangkan bagi sebagaian besar orang di Asia, khususnya di Tiongkok. Tidak peduli cuacanya apa,baik cuaca dingin maupun panas orang Tiongkok minum air panas sepanjang waktu, air panas atau hangat telah menjadi bagian budaya bagi rakyat Tiongkok. Ada pepatah kuno seperti: "Minum sup di musim dingin dan minum air di musim panas", "sup" sup ini adalah air panas atau thang dalam pengucapan mandarin; "air di musim panas" bermakna air dingin biasa atau natural water.

Kebiasaan minum air panas di Tiongkok secara bertahap dibudidayakan, Setelah tahun 1949, pemerintah fokus pada promosi misi "minum air panas" dan "air minum" dan berulang kali menyerukan "berulang kali mendidik massa untuk minum air matang dan air yang didesinfeksi, tidak minum air mentah".

Dan kebiasaan orang-orang Tiongkok kemana-mana membawa cangkir termos kecil yang bisa diisi ulang air panas. Ini telah menyebabkan banyak diskusi tentang mengapa orang Cina meminum air panas. Saya kebetulan menonton acara bincang-bincang " Threesome", yaitu tentang fenomena termos dan mengapa orang Tiongkok suka meminum air panas. Jawaban untuk acara ini benar-benar mengejutkan saya:

Pada zaman kuno, orang Cina selalu suka minum air dingin, dan kadang-kadang mereka harus menambahkan es. Sejak Dinasti Song, orang-orang suka minum es teh. Konsep dingin (dingin) dalam pengobatan Cina mengacu pada kategori makanan (kacang hijau, durian, dll) dan bukan suhu. Dalam pengobatan Cina, konsep dingin mengacu pada tumpukan makanan (kacang hijau, durian, dll) daripada suhu iklim.

Pada akhir abad ke-19, orang asing mendirikan konsesi di kota-kota Cina, dan banyak orang asing meninggal karena demam tifoid. Demam tifus juga telah menginfeksi masyarakat Cina di sekitarnya, dan lingkungan hidup yang kotor telah membuat situasi ini lebih buruk. Pada 1934, kota-kota di Cina menyarankan masyarakat hanya minum air setelah mendidih. Pada tahun 1950-an, "minum air panas" telah menjadi slogan politik yang terlihat di poster. Pabrik dan lembaga mulai menyediakan air mendidih secara terpusat bagi para pekerja.

Pada tahun 1959, taman kanak-kanak diinstruksikan untuk meminta anak-anak memberi mereka tiga kali sehari untuk mengembangkan kebiasaan mereka meminum air panas. Jadi sungguh, orang-orang Tiongkok suka air panas hanya karena membunuh kuman. Karena itu, alasan sebenarnya mengapa orang Tiongkok suka meminum air panas adalah sterilisasi air panas. Air matang kumannya sudah terbunuh. Jadi ketika meminum tidak masalah apakah itu panas atau dingin.

Apakah minum air panas atau hangat benar-benar bermanfaat? Jawabannya tentu saja. Minum air panas atau hangat itu dapat menjaga kesehatan usus. Kita semua tahu bahwa ada banyak mikroorganisme bakteri di dalam air, dan air panas telah membunuh kuman dengan pemanasan dan perebusan, yang menjaga kesehatan lambung dan mengurangi timbulnya penyakit gastrointestinal.

Minum lebih banyak air hangat atau panas itu juga dapat menjadi pencegahan dan pengobatan pilek. Minum air panas tidak hanya membantu orang mencegah pilek, tetapi juga meningkatkan metabolisme karena meminum air panas, sampai batas tertentu, ia juga membantu pasien yang sakit sembuh secepatnya. Meminum air panas dan olahraga yang rutin ini tampaknya cenderung kurang sakit dan ini sudah menjadi kebiasaan rakyat Tiongkok dalam kehidupan sehari-hari.

Sepertinya, bagi orang Tiongkok, minum air panas bisa menyembuhkan segalanya. Namun, harus kita akui, minum air panas memang bisa membantu kita merasa lebih baik dalam beberapa kasus. Seperti ketika merasa sakit, sakit perut, sakit kepala, demam, dan lain sebagainya. Air panas di negara julukan Tirai Bambu ini sangat mudah kita dapatkan, baik itu di sekolah-sekolah, kampus-kampus, bandara, restoran, hotel, dan tempat-tempat umum lainnya. Jika kita pergi kesebuah acara formal, informal ataupun restoran di Tiongkok maka yang pertama disuguhkan ialah air panas ataupun teh hijau panas.

Para orangtua di Tiongkok bahkan membawa teko untuk menampung teh hijau panas tanpa gula ketika mereka melakukan perjalanan jauh. Hal itu dilakukan dengan alasan perut orang negara Tirai Bambu tidak cocok dan diklaim menolak mengkonsumsi air dingin dari keran.

Itulah saatnya, semua orang Tiongkok mulai meminum air panas dan menganggapnya sebagai kecanduan ataupun kebiasaan. Dan saat ini, kami masih minum air panas dan menganggapnya baik untuk kami. Kesimpulannya, selama mereka bisa mendapatkan air panas, mereka lebih memilih air panas daripada air dingin.

Sekarang, musim dingin sedang berlangsung, kita semua dapat merasakan itu benar-benar menyegarkan dan sedikit dingin setiap pagi dan malam, jadi, ini adalah musim untuk minum air panas lebih banyak, dan akan mendengar semakin banyak teman Cina memberi tahu: minum lebih banyak air panas agar tidak gampang sakit dan semuanya akan baik baik saja. Oleh karena itu, ketika teman sekelas mengatakan "untuk minum lebih banyak air panas", ini adalah "perawatan Cina" yang unik di dunia! Dibandingkan dengan orang orang-orang Indonesia, masyarakat Aceh Khususnya, jelas bahwa orang Cina meminum air panas sepanjang waktu.

Semoga sisi baik dari kehidupan rakyat Tiongkok bisa kita contoh untuk kebaikan kita, keluarga kita dan seluruh umat manusia dan ini bisa menjadi satu bentuk kepedulian kita terhadap diri kita dan orang yang kita sayangi. Seperti kata lebih baik mencegah daripada megobati, Penyakit akan cepat datang jika kita cari dan bisa tertahan jika kita antisipasi. 

OLEH HELMI SUARDI, mahasiswa Aceh Jaya, kuliah pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong University of Science and Technology, melaporkan dari Tiongkok

Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Rakyat Tiongkok Kecanduan Air Panas, https://aceh.tribunnews.com/2019/01/14/rakyat-tiongkok-kecanduan-air-panas.


Pembatasan Akses Internet di Tiongkok


Copyrigt Helmi Suardi

Di era globalisasi sekarang ini banyak sekali bermunculan berbagai jejaring sosial media. Sosial media sudah menjadi bagian hidup untuk umat manusia. Bukan hanya orang dewasa saja yang menggunakan sosial media, bahkan kalangan pelajar sekolah dan anak-anak yang belum cukup umurpun juga sudah akrab dengan jejaring sosial yang sekarang sedang berkembang pesat.

Jejaring sosial ini sebenarnya disediakan untuk memfasilitasi kita terhubung dengan satu sama lain, sebagai media dakwah, mengurangi isolasi social, demokratisasi informasi, ruang kreasi social, mempelajari hal-hal baru (sebagai New Media), sebagai media promosi dalam bisnis, dan lain sebagainya. Namun jika tidak terkontrol dengan baik jejaring sosial ini akan memberikan dampak negative seperti ikut menyebarkan berita yang tidak diketahui kebenarannya, bullying, kriminalitas, kesehatan mental, kesehatan fisik dan lain sebagainya.

Namun, akhir-akhir ini di Indonesia sedang hangat atau heboh diperbincang dengan pemblokiran dan pembatasan penggunaan media sosial oleh pemerintah Indonesia. Pembatasan penggunaan ini tentunya menjadi polemik di antara kalangan pengguna internet pada umumnya dan kalangan businessman khususnya.

Di Tiongkok sendiri pembatasan seperti Google, Youtube, Facebook, Whatsapps, Intagram, Twitter, Path, Gmail, Line, dan lain-lain yang berkaitan dengan google ini sudah berlangsung sejak lama. Pada 23 Maret 2010, pemerintah Tiongkok resmi mengumumkan penutupan layanan Google di daratan China.

Nah lalu setelah otoritas pemerintah Tiongkok mengblokir itu bagaimana mereka mengakses intetnet? Tentu saja mereka tidak fokus pada masalah mereka tentu sudah siap dengan itu semua, sebagai ganti Google mereka punya Baidu.com, mereka block Youtube tapi mereka punya Youku, mereka punya Wechat, QQ, Weibo, dan lain sebagainya. Apakah mereka tidak menggunakan layanan Google, Facebook, Instagram, Youtube dan lain sebagainya? jawabannya adalah sebagian dari mereka menggunakannya dengan menggunakan aplikasi tambahan yaitu Virtual Private Network atau yang di singkat dengan VPN secara illegal. 

Setiap pembatasan yang di terbitkan oleh pemerintah Tiongkok, tentu saja mereka tidak membual atau dengan kata lain pemerintah Tiongkok siap membuat alternative sebagai gantinya yang pastinya buatan anak bangsa dan produk dalam negeri. 

Di Tiongkok, untuk mengkritik dan menulis sesuatu unek-unek di jejaring sosial tidak sembarang seperti di Indonesia, karena pemerintah setempat akan mengontrol setiap postingan rakyatnya yang di nilai menyalahi aturan dan undang-undang pemerintah Tiongkok. Dan jika ada yang kedapatan pihak berwajib tidak segan-segan memberikan hukuman kepada orang yang di anggap melanggar. Seperti kasus yang terjerat pada seorang calon mahasiswa baru yang mengomentari kebijakan wajib militer pada jejaring social weibo, maka pihak kampus dengan tegas mengeluarkan mahasiswa tersebut.

Berdasarkan pengamatan saya, sebagai pengguna jejaring sosial, kita harus jeli melihat implikasi yang mungkin terjadi pada diri kita, baik positif ataupun negatif agar jejaring sosial selalu berada di bawah kontrol kita dan jangan sampai kita yang di kendalikan oleh dunia bayangan. 

Akhir-akhir ini semakin banyak pengguna jejaring sosial yang terjerumus kedalam kasus-kasus penyebaran hoaks atau berita yang tidak benar. Banyak dari pengguna jejaring social yang menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenaran informasi tersebut. 

Dampak positif dan negatif jejaring sosial menjadi konsekuensi yang secara sadar atau tidak selalu menemani ketika berselancar di sosmed. Di era yang sudah canggih ini, kini jejaring social meradikalkan cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagian besar waktu kita habis untuk terhubung dengan orang lain melalui sosmed.

Kita bisa mencegah dampak negatif dari jejaring sosial dengan membatasi diri dan berhati-hati. Jangan sampai media sosial menimbulkan dampak negatif pada kesehatan mental, menyebabkan penyakit, dan merusak hubungan social. 

Jejaring sosial jika digunakan secara bijak akan menjadi ladang amal dan tempat memungut pundi pundi rupiah, namun sebaliknya jika di gunakan secara negatif akan menjadi petaka bagi diri sendiri dan orang banyak. Yang perlu di ingat ialah salah memberikan informasi adalah sebuah kebohongan, dan semakin kita berbohong semakin kita menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap kita.

Terlalu banyak kita investasi waktu untuk hal yang sia-sia tentu saja ini akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Waktu adalah investasi terbaik untuk masa depan, maka sudah seharusnya mempergunakan dengan sebaik mungkin. Lalu perlukah kita perlu mengontrol jejaring social ? Jawabannya adalah ada dalam diri kita sendiri, kita bisa menilai waktu yang telah kita habiskan apakah bermanfaat atau tidak. 

Semoga kedepan pemerintah Indonesia mampu membuat inovasi sendiri sebagai bangsa yang merdeka dan mampu membawa indonesia kearah yang lebih maju dari segala arah dengan selalu menjadi penyejuk untuk warga negaranya. Yang tidak kalah penting adalah kita mampu menjaga diri dan keluarga dari kejahatan dunia tidak nyata ini juga mampu mengendalikan internet kearah yang positif dan menguntungkan.

HELMI SUARDI, Humoris Bercerita


Tarian Aceh sangat Spesial di Tiongkok








Melakukan hijrah dari tanah air menuju negara lain untuk menuntut ilmu adalah salah satu jalan untuk mempromosikan negara dan budaya kepada dunia jika kita mau dan ini salah satu tanda cinta kita kepada tanah air.


Sudah beberapa tahun Tarian Aceh selalu menjadi yang terbaik dan terheboh di negera yang berjulukan negara Tirai Bambu atau Tembok Raksasa ini, tidak lain tidak bukan melainkan tarian Aceh mempunyai corak yang khas dan tradisional alias meugampong abeh. Walaupun menggampong atau kampungan tetapi warga kota dan desa yang berada di negara Tirai Bambu tepatnya Propinsi hubei kota Wuhan sangat menyukainya tarian yang kita punya.

Berbicara tentang Budaya Aceh memang tak habis-habisnya dan tak akan pernah selesai sampai kapanpun. Topik yang satu ini memang menarik untuk dibicarakan terutama karena budaya itu sendiri sesungguhnya merupakan segala hal yang berhubungan dengan hidup dan kehidupan manusia. Jadi,selama manusia itu ada selama itu pula persoalan budaya akan terus dibicarakan.

Indonesia merupakan negara yang besar yang kaya akan sumber daya alam dan adat istiadat yang tergantung di dalamnya. Dari ujung Sabang hingga ujung Merauke Indonesia terkenal dengan adat dan budayanya yang beragam. Setiap daerah di Indonesia memiliki adat dan budaya masing - masing yang tentunya berbeda dengan daerah lain. Salah satunya adalah adat dan budaya aceh. Aceh yang merupakan salah satu daerah istimewa di Indonesia juga memilki adat dan budaya yang kompleks.

Dalam setiap penampilan dari tahun ketahun kita selalu menampilkan lain dari yang lain alias tradisional dengan penuh pertunjukan memukau penonton. Tarian Rapai Geleng ini sebenarnya tergolong mainstream sebagai untuk perform depan khayalak di luar negeri karena kami juga ada bagian-bagian tari saling lempar melempar Rapai sesama pemain. Bagaimanapun, tarian ini menunjukkan sifat kekompakan kita sebagai warga Indonesia. Lagi pula, kita bisa belajar tarian ini lewat youtube. Masalah kostum tari, kami bisa menyewa nya dengan biaya sewa ditanggung oleh pihak panitia dengan tidak lupa memberikan faktur sewaannya kepada sang panitia.

Hampir setiap kampus di china mengadakan sebuah acara dengan penampilan-penampilan budaya-budaya baik dari daerah lokal sendiri maupun internasional. Pada setiap negara pun maju dan mendaftar untuk bisa tampil dan masuk ikut berpartisipasi dalam pergelaran seni pada penghujung tahun. Setiap negara berusaha semaksimal mungkin untuk bisa tampil bagus agar dapat memukau dimata juri dan dapat masuk dalam nominasi terbaik supaya bisa ikut tampil pada hari puncaknya, jika tidak sesuai harapan juri maka penampilan pun tidak bisa di lanjutkan alias tidak bisa tampil.

Pada akhir tahun 2016 dan januari 2017 tarian Aceh sudah tampil dibeberapa kampus yaitu pada kampus Wuhan University, Wuhan Sport University, Huazhong Agricultural University dan pada Kampus Huazhong University Of Science and Technology. Pada kampus Huazhong University of Science and Technology ini tarian Rapa’I Geleng Aceh juga di undang pada Jurusan Pendidikan tempat saya menimba ilmu untuk ikut memberikan kemeriahan.

Dalam regu ini kami beranggotakan 9 orang yaitu kak iza dan saya yang telah dipercayakan oleh teman-teman untuk menjadi sebagai penyanyi atau syech, dan yang menabuh rapa’i ada sdr mulia mardi,al-zuhri, alfri, fadil, hasfi, nabil dan cakmuh. Kerja keras sebuah team ini tidak sia-sia dan terbalas dengan sebuah kata hen bang dari orang-orang china yang artinya sangat hebat dan tepuk tangan yang meriah.

Dalam penampilan budaya di akhir tahun 2016  dan januari 2017 kali ini kami membawakan Tarian Rapa’I Geleng Aceh, yang tergabung dengan beberapa teman aceh dan teman luar aceh yang berasal dari indonesia juga. Tarian Rapa’i Geleng Aceh tidak akan berjalan lancar dan baik tanpa kerja keras dari semua pihak, baik team maupun pihak pengelola.

Terkadang saat hari perform tiba saya meminta izin kepada guru yang bersangkutan untuk ikut perform bersama kawan di kampus lain, sang gurupun memberi izin dan meminta saya untuk mengirimkan gambar-gambar kepada dirinya untuk dilihat, yang lebih asik lagi teman-teman kelas saya minta untuk saya praktekkan bagaimana gerakan tariannya, saya hanya senyum kecil dan malu ketika kawan kawan kelas mengganggu saya dengan penuh penasaran. Akhirnya 9 januari 2017 kamipun tampil untuk permintaan teman-teman kelas saya di kampus jurusan pendidikan yang dihadiri oleh guru-guru besar pendidikan dan siswa siswinya.

Tepuk tangan yang meriah dari penonton menjadi suntikan semangat bermain untuk kami. Rasa bangga menjadi rakyat Aceh yang punya budaya yang luar biasa, yang bisa menghipnotis para peserta yang datang untuk menyaksikannya, wajah tersenyum bahagia dan gembira dikeranakan dengan penampilan budaya yang kita punya.

Mungkin sedikit berbeda dengan penampilan tarian budaya dari negara-negara lain, tarian budaya aceh sangat welcome dan special bagi penyelenggara acara Karna ini unik dan tradisional juga penuh gerakan Wow dan Amazing bagi mereka yang belum pernah melihat sebelumnya.

Melalui budaya Aceh kita perkenalkan, melalui budaya Aceh kita ceritakan, melalui budaya Aceh kita beritahukan nama bahwa Aceh itu ada dan punya budaya yang luar biasa. Hal yang tak kalah penting ialah lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk negara pada umumnya dan aceh khususnya yang bersifat positif, kita beritahukan dunia bahwa Aceh itu kaya budaya dan ramah-ramah orangnya.

Oleh HELMI SUARDI, Mahasiswa asal Teunom alumnus Fakulats Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong Keji Daxue, Melaporkan dari Tiongkok
  

Di China, Kantin Halal Terakreditasi

Makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi kehidupan orang yang mengonsumsinya. Mengonsumsi makanan halal dan baik adalah suatu keharusan bagi kita sebagai umat muslim sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Tidak lain dan tidak bukan ialah semata demi kebaikan dan kemaslahatan kita sebagai hamba-Nya.

Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumennya, mulai dari keracunan makanan akibat tidak higienisnya proses penyimpanan dan penyajian sampai risiko munculnya penyakit dan lain sebagainya.

Di tempat saya tinggal yakni Wuhan, kantin halal tempat makan ini terakreditasi ada yang A, B dan C. Kantin yang terakreditasi A merupakan tingkat keamanan pangannya sangat baik, dan yang terakreditasi B merupakan bagus, sementara kantin yang terakreditasi C ini tingkat kemanan pangannya biasa tetapi sudah tergolong rendah tingkat keamanan pangannya. Jadi standar C ini tidak berarti restoran makanan akan menjadi masalah keamanan pangan, namun risikonya akan relatif besar. Tapi setiap kali rankingnya akan upaya untuk memperbaiki harapan untuk mengganti level C untuk mendapatkan level B atau A. Tidak hanya kantin/warung makan halal saja yang terakreditasi tetapi setiap kantin/warung yang tidak ada lebel halal juga.

Makna terakreditasi ini adalah tingkat atau level keamanan makanan dan minuman yang tersedia di kantin tersebut. Pada setiap kantin pasti ada satu supervisor yang selalu mengontrol keamanan dan kenyaman saat makan, guna agar ketertiban selalu terjaga.

Keamanan makanan ini diberlakukan di China untuk menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat yang mengonsumsi makanan tersebut. Namun, tidak hanya saja keamanan makanan yang terus dicek oleh Komite Keamanan Pangan dan Obat-obatan akan tetapi juga dicek kondisi kesehatan para pegawai yang bekerja di kantin tersebut. Keamanan pangan ini dilakukan dengan baik, untuk mendorong kepuasan masyarakat secara signifikan.

Kantin-kantin di sini juga sebagian sudah dipasangkan CCTV guna untuk bisa melihat langsung apa yang dilakukan oleh para pekerja di dapur dan intinya di tempat mereka bekerja. Dan CCTV ini dipasangkan di ruang makan yang semua yang makan di situ dapat melihatnya.

Di dalam aturan yang tertera pada poster yang di tempel di kantin tersebut, kantin itu tidak boleh mengubah tata letak dan dan kondisi produksi juga menajemen dengan sewenang-wenang.

Di akhir kata pada peraturan tersebut yang dibuat oleh pemerintah setempat ialah mereka mengajak sesama untuk meningkatkan manajemen keamanan pangan dan bergandengan tangan untuk menciptakan kota dengan keamanan pangan yang baik.

Penulis adalah Mahasiswa asal Teunom, Aceh Jaya. Alumnus Fakulats Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong Keji Daxue, Tiongkok.


Pernah diposting di http://portalsatu.com/read/Citizen-Reporter/di-china-kantin-halal-terakreditasi-37958

Sekolah di Tiongkok Jaga Ketat Anak Didik

ANAK adalah anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah kepada para orang tua. Berbagai cara dan upaya dilakukan orang tua agar dapat melihat anak-anaknya tumbuh kembang sebagaimana mestinya. Namun, akhir-akhir ini para orang tua dihantui oleh maraknya isu penculikan yang konon dilakukan orang-orang yang tergabung dalam aksi kejahatan dengan menyaru sebagai orang gila atau pengemis untuk melancarkan aksinya agar masyarakat tak curiga.

Penculikan anak yang sekarang menjadi trending topic atau hal yang sedang hangat dibicarakan di Indonesia, khususnya di Aceh, cukup membuat orang tua resah gelisah. Keresahan warga tidak hanya di dunia nyata, tetapi mereka juga ikut “curhat” di dunia maya, sehingga orang tua lainnya bertambah gelisah dengan banyaknya info dan berita-berita yang membuat orang tua harus lebih ekstra menjaga anaknya dan waspada kepada orang yang tak dikenal.

Sempat saya baca di salah satu media bahwa harga jual anak saat ini mencapai harga fantastis atau Rp 5 miliar. Mungkin karena nilainya yang tinggi inilah sehingga pelaku kejahatan nekat melakukan penculikan anak. Lemah dan kurangnya penjagaan atau pengawasan terhadap anak, khususnya di Aceh, membuka peluang bagi pelaku kejahatan untuk beraksi.

Jika kita lihat keseharian anak-anak kita belakangan ini, mereka sepertinya lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada di rumah. Sepulang sekolah atau saat bermain, itu adalah waktu-waktu yang rawan bagi anak-anak kita untuk dijadikan target oleh para predator anak untuk mencari mangsa.

Kadangakala ada sebagian orang tua yang hanya mengantar saja anaknya ke sekolah, tapi tidak lagi menjemputnya. Dengan kata lain, membiarkan si anak pulang sendiri. Mungkin karena orang tua sibuk atau belum pulang kerja. Anak-anak yang tidak sedang berada dalam pengawasan orang tua dan gurunya inilah rawan diculik.

Nah, jika kita bandingkan anak-anak di Cina dengan anak-anak di Aceh dan Indonesia umumnya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, sangatlah jauh berbeda. Contohnya saja saya, sewaktu kecil kadang pulang sekolah langsung pergi main dengan teman-teman kecil lainnya tanpa pengawalan dari orang tua. Tetapi berbeda sangat dengan anak-anak Cina. Di satu sisi bisa saya katakan masa kecil anak-anak Aceh lebih bahagia daripada masa kecil anak-anak Cina. Namun di sisi lain, keamanan anak-anak Aceh sekarang ini dengan maraknya isu penculikan, terkesan sangat tidak baik karena minim pengawasan orang tua.

Di Tiongkok justru, pada saat penjemputan anak-anak, para wali murid tidak bisa masuk ke dalam pekarangan sekolah dengan leluasa. Mereka harus antre dengan rapi menunggu si buah hatinya ke luar dari pintu sekolah yang dijaga ketat oleh satpam (security).

Di samping sekolah yang terjaga ketat, area lainnya juga dijaga oleh pihak keamanan setempat atau polisi. Di berbagai sisi kota dan sekolah juga dipasang kamera CCTV, termasuk di lorong-lorong yang dianggap rawan kejahatan, untuk memantau keadaan. Pihak keamanan pun bekerja setia pada perintah atasannya dalam menjalankan tugas.

Jika kita hendak masuk ke pekarangan sekolah, tetap tidak diizinkan, kecuali karena alasan sangat tertentu. Tembok pagar yang tinggi dan pintu ke luar-masuk yang memiliki system card juga dijaga dengan ketat oleh security sekolah tersebut.

Jika kita lihat dan bandingkan dengan sekolah-sekolah kita di Aceh, sistem pengamanannya tidak seketat di Tiongkok. Di samping penjagaan ketat oleh pihak keamanan, kepada anak-anak di sini juga ditanamkan sifat untuk tidak mudah percaya kepada mosheng ren atau orang yang tak dikenal. Jadi, kalau didekati atau diajak ngobrol oleh orang asing, mereka sangat berhati-hati atau bahkan menghindar.

Saat anak-anak yang masih perlu penjagaan dari orang tua ini masuk sekolah, maka sepenuhnya tanggung jawab pihak sekolah. Begitu pula saat di luar sekolah anak-anak tidak lepas dari penjagaan orang tua atau kakek neneknya.

Sistem antar jemput anak-anak oleh orang tua atau kakek neneknya ke sekolah di negara yang menggunakan sumpit pada saat makan ini menandakan mereka benar-benar menjaga buah hati mereka. Apalagi mereka tak punya banyak anak atau cucu. Setiap anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar ke mana-mana ditemani oleh orang tua atau neneknya. Ini langkah antisipatif warga Tiongkok agar anak-anak usia sekolah tidak mudah diculik. Semoga kewaspadaan serupa juga tumbuh di kalangan orang tua di Aceh.

OLEH HELMI SUARDI, alumnus UIN Ar-Raniry, kuliah pada Program Master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Huazhong Keji Daxue, melaporkan dari Tiongkok
Pernah diposting di http://aceh.tribunnews.com/2017/03/26/sekolah-di-tiongkok-jaga-ketat-anak-didik